ruang kepala sekolah

34.6K 2.1K 93
                                    

Setelah mendapat izin, Rea dan Rigel segera masuk dan duduk dihadapan kepala sekolah yang menatap mereka tajam.

"Apa ini, kamu sudah mengehentikan jalannya upacara," Pak Hendrik menatap Rea yang hanya menundukkan kepalanya.

"Dan kamu Rigel, sudah membuat seluruh siswi jadi patah hati," sekarang Pak Hendrik menatap Rigel yang menatap Pak Hendrik dengan datar.

"Apa maksud kamu nembak Rigel saat Upacara?" Tanya Pak Hendrik.

"Sa..saya..." Rea sangat ketakutan, bahkan tangannya sangat dingin saat ini, ini lebih menakutkan dari pada saat ia mengambil celana guru SMPnya.

"Uncle, kau menakutinya," ucap Regal datar.

"Oh iyaa, maaf ya," ucap Pak Hendrik menatap Rea yang sudah tidak menundukkan kepalanya.

"Uncle?" Beo Rea.

"Iya kamu jangan terkejut ya, saya ini adik ibunya Rigel, atau bisa dibilang sebagai Unclenya Rigel," ucap Pak Hendrik seraya menatap Rea.

"Jangan menatapnya uncle," dengan segera Rigel menutup wajah Rea menggunakan telapak tangannya.

"Ck, Kak Rigel apa apaan sih," dengan segera Rea menepis tangan Rigel membuat Rigel merasa kesal.

"Apa liat liat?" Tantang Rea menatap Rigel, sedangkan Rigel menatap Rea datar.

"Sudah sudah, kenapa kalian malah ribut, ingat kalian pacaran," ucap Pak Hendrik menengahi mereka membuat Rea kembali menatap kearah Pak Hendrik.

"Astaga Pak, saya sebenernya males pacaran sama dia, tapi saya nembak dia gara gara Dare dari temen saya," ucapan Rea membuat Pak Hendrik terkejut.

"Jadi, kamu tidak mencintainya keponakan saya?" Tanya Pak Hendrik menatap Rea serius.

"Enggak Pak," jawab Rea dengan santai.

"Lalu Rigel kenapa kamu mau nerima dia?" Tanya Pak Hendrik sambil menunjuk Rea.

"Nggak tau," jawab Rigel seadanya.

"Sebenernya kalian saling suka atau tidak?" Tanya Pak Hendrik.

"Enggak Pak."

"Enggak Uncle."

Jawab Rea dan Rigel bersamaan membuat Pak Hendrik terkejut.

"Terus kalian-" ucapan Pak Hendrik terpotong oleh perkataan Rigel.

"Uncle kenapa kepo banget sama urusan Rigel," ucap Rigel yang merasa kesal karena Unclenya ini sangat kepo.

"Kan kamu keponakan Uncle, kalau Mama kamu tau kamu punya pacar, pasti dia seneng," ucap Pak Hendrik.

"Udah lah, Rigel mau kekelas, ayok," ajak Rigel sambil menggenggam tangan Rea, dan menariknya keluar dari Ruang Kepala sekolah.

"Jadi Pak Hendrik itu Unclenya Kak Rigel?" Tanya Rea.

"Hm," jawab Rigel dengan dehaman.

"Kak..lepasin tangan gue," dengan segera Rigel melepaskan tangan Rea, ia bahkan tidak ingat jika ia sedang menggenggam tangan Rea.

"Kalau gitu gue kekelas ya," pamit Rea.

"Gue anter" ucapan Rigel membuat Rea terkejut.

"Nggak usah Kak, kasian Kakaknya harus muter balik," tolak Rea halus.

"Gue pacar lo, gue nggak mau pacar gue kenapa napa saat nggak ada gue," ucap Rigel dan kembali menggenggam tangan Rea yang terasa dingin.

"Lo gugup?" Tanya Rigel menatap Rea.

"Enggak," balas Rea yang tak mau menatap Rigel, ia malah menatap Lantai.

"Kalok ngomong sama gue, tatap gue," ucapan Rigel membuat Rea dengan segera menatap Rigel membuat Rigel tersenyum tipis.

"Kak Rigel senyum," Rea terkejut melihat Rigel yang tersenyum, namun tak lama kemudian raut wajahnya kembali datar.

"Kelas lo dimana?" Tanya Rigel.

"Sepuluh Ipa 4," jawab Rea, dengan segera Rigel membawa Rea menuju kelas Rea, akhirnya mereka sampai didepan kelas Rea, dengan seluruh siswa siswi yang mengintip dari jendela kelas mereka masing masing karena penasaran dengan pasangan baru tersebut.

"Nanti istirahat gue tunggu dikantin," setelah mengatakan hal tersebut dengan segera Rigel berjalan meninggalkan Rea yang masih terkejut dengan ajakan Rigel, bahkan Rea sampai tak sadar jika Luna dan Sasha sudah berada disampingnya.

"Rea!" panggil keduanya, namun Rea tak mendengar panggilan kedua sahabatnya, ia malah segera masuk kedalam kelasnya, dengan senyum yang mengembang.

...

Hayo siapa yang baper disini?
Menurut kalian gimana part kali ini? Seru atau enggak?
Jangan lupa vote sama komen ya

Salam manis dari Author🤗🤗

Rea's Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang