"REA!!" dengan cepat Rigel menghampiri Rea yang sudah pingsan, membuat Rigel khawatir dengan keadaan Rea.
"Re.. bangun Re" ucap Rigel seraya menepuk nepuk pipi Rea, namun Rea tak kunjung bangun.
Dan Rigel baru sadar bahwa ada darah yang dibelakang kepala Rea, membuat Rigel semakin ketakutan.
Siswa-siswi SMA Pelita mulai mengerubungi Rea dan Rigel, mereka penasaran dengan apa yang terjadi.
"Minggir woy minggir" ucap Luna dan Sasha membuat semua orang minggir.
"Reaa!!" Pekik keduanya yang melihat sahabatnya yang sudah pingsan membuat keduanya khawatir dan langsung menelpon ambulance.
"Ada apa ini?" Tanya Pak Hendrik melihat keramaian ditangga Rooftof membuat beliau dan beberapa guru segera menghampiri kesana.
"Uncle, Rea Uncle" ucap Rigel yang sudah mengeluarkan air matanya.
"Kenapa bisa seperti ini? Apa yang terjadi? Cepat telpon ambulance" ucap Pak Hendrik dan segera menghampiri Rigel yang memangku kepala Rea.
"Sudah kamu jangan menangis" ucap Pak Hendrik membuat Rigel menatapnya.
"Jangan nagis gimana?! Kalau Rea ninggalin Rigel gimana? Rigel nggak mau kehilangan Rea lagi" ucap Rigel membuat semua yang ada disana jadi ikut merasa sedih.
"Pasti Rea baik-baik saja, kamu tenang lah" ucap Pak Hendrik menenangkan keponakannya.
"Ambulance udah datang" ucap Luna membuat semua orang segera menepi dan membiarkan sang petugas membawa Rea.
"Rigel ikut Rea" pamit Rigel membuat Hendrik mengangguk.
"Jangan lupa berdoa lah, agar pacarmu baik-baik saja" ucap Hendrik membuat Rigel menganggukan kepalanya lalu segera berlari menyusul Rigel.
"Gue ikut" ucap Sasha dan Luna lalu segera lari juga menyusul Rigel.
"Kita ikut?" Tanya Sargas dan melihat Avior yang mengangguk lalu mereka berdua segera berlari menuju parkiran.
Didalam ambulance, Rigel tak henti-hentinya menangis melihat keadaan Rea, belum lagi wajahnya yang pucat membuat Rigel khawatir akan keadaan Rea.
"Lo harus kuat Re, gue mohon lo bertahan" ucap Rigel yang menggenggam tangan dingin Rea.
"Rea jangan tinggalin kita" Sasha menangis didalam pelukan Luna, ia tak kuat melihat sahabatnya yang seperti ini.
"Gue yakin lo kuat Re" ucap Luna yang menangis juga, didalam mobil ambulance hanya ada suara tangisan dari Rigel, Luna dan Sasha.
Akhirnya mereka sampai di Rumah sakit, dengan cepat petugas medis membawa Rea masuk kedalan Rumah sakit dan langsung membawanya keruangan ICU, membuat Rigel hanya bisa menunggu dan mondar-mandir didepan Ruangan tersebut, ia takut kalau Rea akan meninggalkan dirinya selamanya, sungguh Rigel tak mau kehilangan Rea, ia benar-benar mencintai Rea.
Sedangkan Luna dan Sasha duduk dikursi yang ada didepan ruangan tersebut, mereka berdua berpelukan dan menangis membuat Avior dan Sargas yang baru datang segera menenangkan pacar mereka masing-masing.
"Kak, Rea Kak" ucap Sasha yang menangis di pelukan Sargas.
"Gue nggak mau kehilangan sahabat gue" ucap Luna yang juga menangis di pelukan Avior.
"Kalian berdoa aja supaya Rea bisa selamat" ucap Sargas membuat Sasha mengangguk.
"Ri, lo udah hubungin Mamanya Rea?" Tanya Sargas membuat Rigel segera melihat kearah Sargas.
"Belum" jawab Rigel
"Lo hubungin dulu Mamanya, sama sekalian lo ganti baju, baju lo banyak darah, ini gue bawain baju buat lo" Avior melempar paper bag dan segera ditangkap oleh Rigel.
"Thanks" ucap Rigel membuat Avior mengangguk.
"Udah lo jangan nangis lagi, masak cowok cool kayak lo nangis gara-gara cewek" Sargas mengejek Rigel membuat Rigel menatapnya datar.
"Lo nggak pernah kehilangan orang yang lo cinta Sar" ucap Rigel lalu segera pergi dari sana.
Didalam kamar mandi, Rigel segera mengganti bajunya, dan segera menghubungi Rana dengan menelponnya.
Dengan segera Rigel mencari nama Rana dan segera menelpon Rana, tak butuh waktu lama akhirnya Rana mengangkat telpon dari Rigel.
"Hallo Rigel, kenapa telpon tante" Ucap Rana ramah membuat Rigel bingung harus mengatakan apa kepadanya.
"Tante.. Rea jatuh dari tangga rooftof" ucap Rigel berusaha santai membuat Rana langsung panik diseberang telpon
"Bagaimana bisa? Rea baik-baik aja kan? Sekarang dia dimana?" Rana benar-benar khawatir membuat Rigel dengan segera menjawab pertanyaan Rana.
"Sekarang Rea ada dirumah sakit Kasih Bunda, tante cepat kesini" ucap Rigel membuat sambungan terputus sepihak.
"Rea, lo harus kuat, gue yakin lo akan baik-baik aja" ucap Rigel seraya menatap bajunya yang banyak sekali noda darah Rea disana.
Dengan cepat Rigel memasukkan bajunya kedalam Paper bag tadi dan segera menuju keruang ICU.
"Kalian kenapa?" Tanya Rigel yang melihat Luna dan Sasha semakin menangis belum lagi Sargas yang juga ikut menangis membuat Rigel penasaran apa yang terjadi.
"Rea kritis, sekarang dia dipindahin keruang operasi" Sasha menjawab membuat Rigel terkejut.
"Maksudnya?" Tanya Rigel yang masih tak mengerti.
"Kata dokter ada pendarahan diotak Rea,jadi Rea harus dioprasi.. terus Rea dibawa keluar dari ruangan ini, gue juga liat muka dia semakin pucat, gue takut dia pergi" Sasha semakin menangis membuat Luna juga ikut menangis.
Perkataan Sasha membuat Rigel rasanya seperti tersambar petir, bagaimana bisa Rea menjadi seperti itu, sungguh Rigel tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini, semuanya terlalu cepat, Rigel harap ini hanya mimpi, namun sayangnya semuanya bukan mimpi, ini nyata membuat Rigel langsung duduk dilantai.
Rigel juga kembali menangis, kenapa tuhan terlalu jahat kepadanya? Kenapa harus Rea? Padahal hubungan mereka belum ada satu minggu baikan namun tuhan kembali memberikan cobaan dalam hubungan mereka.
...
Yuhuu Up lagi?
Kira-kira gimana ya kelanjutannya, ada yang penasaran?
Jangan lupa vote dan komenSalam manis dari Author🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Rea's Story (End)
Teen FictionJudul awal Story Rea Belum Revisi, typo masih bertebaran ..... " Lo harus nembak kak Rigel pas Upacara" "gila lo, gue malu lah udah pasti gue ditolak sama dia belum lagi kalok gue nembaknya pas upacara ada guru guru sama siswa siswi SMA Pelita, mau...