Pagi ini Rigel datang kerumah sakit dengan wajah cerahnya, bahkan tak jarang ia tersenyum ketika ada yang menyapanya, membuat Yudha bingung dengan tingkah aneh sahabatnya ini.
"Lo menang undian Ri?" Tanya Yudha membuat Rigel menggeleng.
"Terus kenapa kayaknya lo bahagia bener, tumben juga lo mau senyum bahkan nyapa orang-orang" ucap Yudha membuat Rigel terkekeh.
"Lo kesambet setan Ri?!!" Pekik Yudha membuat Rigel segera membungkam mulut sahabatnya ini.
"Jaga etika, inget lo itu dokter" ucap Rigel lalu segera memasuki ruangannya.
"Gue heran sama lo" ucap Yudha menatap Rigel penuh kecurigaan.
"Heran kenapa?" Tanya Rigel.
"Tumben banget lo kerumah sakit walaupun nggak ada pasien" ucap Yudha membuat Rigel menghela nafasnya kesal, ini yang Rigel tak suka dari sifat Yudha, yaitu kepo. Menurutnya Yudha terlalu kepo, dan rasa ingin tahunya sangat tinggi seperti anak kecil yang baru tau dunia luar.
"Emang nggak boleh?" Tanya Rigel seraya mengangkat satu alisnya.
"Boleh sih" jawab Yudha lalu
Brak
Yudha menggebrak meja yang ada didepan Rigel membuat Rigel terkejut dengan apa yang sudah dilakukan oleh Yudha.
"Ngaku sekarang!! Pasti ada yang lo sembunyikan dari gue" ucap Yudha menatap Rigel tajam.
"Dan gue baru inget kenapa lo bawa bunga mawar?" Tanya Yudha membuat Rigel menghela nafasnya kesal.
"Gue mau jenguk seseorang" jawab Rugel seraya memainkan mawar yang ada ditangannya.
"Siapa?" Tanya Yudha penasaran.
"Kepo" jawab Rigel lalu segera berdiri dari duduknya dan meninggalkan Yudha sendirian di ruangannya.
Setelah beberapa menit, akhirnya Rigel sampai didepan Ruangan Rea, jujur Rigel sangat gugup, bahkan keringat dingin mulai muncul dan tangannya juga menjadi dingin.
Setelah mengatur nafasnya, Rigel segera membuka Pintu dan terpampanglah Rea yang sedang menatapnya membuat Rigel tersenyum lalu menghampiri Rea.
"Hai Re, apa kabar?" Sapa Rigel seraya tersenyum.
"Kak Rigel.." lirih Rea.
"Kenapa Kakak bisa tau gue ada disini?" Pertanyaan Rea membuat Rigel tersenyum kecil.
"Lo nggak perlu tau" ucap Rigel.
"Gimana hubungan lo sama Luna kak? Gue kangen sama dia" pertanyaan Rea membuat Rugel menundukkan kepala, ia bingung harus menjelaskan apa dengan Rea.
"Kak?" Panggil Rea membuat Rigel segera menatapnya.
"Gue nggak jadi tunangan sama Luna" jawaban Rigel membuat Rea terkejut.
"Jadi Kak Rigel beneran batalin pertunangan Kakak sama Luna? Pasti gara gara gue" lirih Rea membuat Rigel segera menggenggam tangan Rea.
"Bukan salah lo Re, tapi salah gue" ucap Rigel.
"Terus sekarang Luna gimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Rea membuat Rigel menggelengkan kepalanya.
"Maksud Kakak gelengin kepala apa?" Tanya Rea.
"Setelah gue batalin pertunangannya, Luna jadi depresi, akhirnya dia jadi gila, kadang suka ngomong sendiri, tiba-tiba nangis, tiba-tiba ngamuk, kadang dia juga melamun, tatapannya kadang kosong, gue merasa bersalah Re, Gue nggak tega liat Luna kayak gitu, tapi semuanya udah terjadi, minta maaf pun sudah terlambat, gara-gara gue semuanya jadi kacau" lirih Rigel membuat Rea menangis karena mendengar tentang Luna.
"Terus sekarang Luna dimana Kak?" Tanya Rea membuat Rigel tersenyum tipis.
"Dia dirawat di rumah sakit jiwa" ucap Rigel membuat Rea terkejut.
"Ini semua gara-gara gue, andai waktu itu gue nggak dateng pasti Luna nggak akan kayak gitu" ucap Rea membuat Rigel menggelengkan kepala.
"Bukan salah lo Re, semuanya salah gue, andai gue nggak ngasih harapan ke Luna dan gegabah dalam mengambil keputusan, semuanya nggak akan terjadi, semuanya salah gue" ucapan Rigel membuat Rea menggelengkan kepalanya.
"Kak Rigel nggak salah, semuanya salah gue" lirih Rea.
"Luna gue minta maaf sama lo, Karna gue dateng pertunangan lo sama Kak Rigel jadi batal, gue nyesel dateng waktu itu, andaikan gue nggak dateng pasti semuanya nggak akan terjadi, gue tau pasti sekarang lo marah besar sama gue" lirih Rea yang menangis membuat Rigel menjadi sedih.
Semuanya salah Rigel, kenapa Rea harus merasa bersalah? Sungguh Rigel tak tahu jika semuanya akan jadi seperti ini, meskipun kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu, tapi semuanya masih Rigel ingat.
"Re, jangan salahin diri lo sendiri" ucap Rigel memberikan ketenangan kepada Rea. "Lo nggak salah, disini gue yang salah sebagai cowok yang nggak bisa ngambil keputusan yang bener" lirih Rigel.
"Kak..gue mau nanya" ucap Rea membuat Rigel melihat kearah Rea.
"Tanya apa?" Tanya Rigel.
"Sasha kabarnya gimana Kak? Gue kangen sama dia" ucap Rea membuat Rigel tersenyum tipis.
"Kabar dia baik baik aja, bahkan dua tahun yang lalu Sasha udah nikah sama Sargas dan sekarang udah punya anak satu" jawaban Rigel membuat Rea tersenyum bahagia. Setidaknya Sasha tak seperti Luna yanh nasibnya tidak beruntung.
"Anaknya cewek apa cowok?" Tanya Rea penasaran.
"Cowok" jawab Rigel membuat Rea mengangguk.
"Gue nggak sabar mau cepat-cepat keluar dari sini, terus gue mau jenguk Luna dan minta maaf sama Luna terus gue mau liat Sasha sama anaknya" ucap Rea tersenyum ketika membayangkan hal tersebut.
"Rea" panggil Rigel membuat Rea menoleh.
"Apa Kak?" Tanya Rea penasaran.
"Gue mau nanya, boleh kan?" Tanya Rigel membuat Rea dengan cepat mengangguk dan tersenyum.
"Hubungan lo sama Bumi gimana?" Dan pertanyaan Rigel mampu membuat senyum Rea seketika menjadi pudar.
...
Up lagi🥳🥳
Gimana partnya?
Jangan lupa vote dan komenSalam manis dari Author 🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Rea's Story (End)
Teen FictionJudul awal Story Rea Belum Revisi, typo masih bertebaran ..... " Lo harus nembak kak Rigel pas Upacara" "gila lo, gue malu lah udah pasti gue ditolak sama dia belum lagi kalok gue nembaknya pas upacara ada guru guru sama siswa siswi SMA Pelita, mau...