15. Pantai
.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Zara saat ia dan Arsean tiba di rumahnya.
Seorang pria dengan tuxedo hitam yang tadinya sedang mengobrol dengan Arin spontan menoleh kearah pintu saat mendengar suara Zara.
"Memangnya kenapa? Ini rumah ibuku. Sudah jelas ini rumahku juga." Jawab pria yang tak lain adalah Bima.
Zara melepaskan sepatunya sebelum masuk kedalam. Duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Bima dan Arin. Arsean pun ikut duduk di sampingnya.
"Tumben datang, emang mau ngapain?"
"Kata Arin dia lagi bosan. Aku dengar ada festival di pantai biru. Jadi aku akan mengajak Arin kesana. Kau mau ikut?" Kini Bima yang bertanya.
Zara menggeleng, "Aku kerja."
"Kerja?" Bima mengerutkan keningnya.
"Kerja apa?"
"Eh maksudku a-aku ada ke-kerja kelompok. Iya kerja kelompok."
Astaga, Zara hampir keceplosan. Bima tidak boleh tahu kalau sekarang dia memiliki pekerjaan. Pasti Bima akan marah dan menyuruh Zara berhenti bekerja dan harus fokus pada sekolah saja. Tapi bagaimanapun Zara juga tak ingin membebani orang lain. Kebutuhannya pun tak terbilang sedikit. Jadi mulai sekarang ia harus mandiri.
"Loh, Kak Bima gak tahu kalau Kak Zara kerja?" Heran Arin.
Bima beralih menatap Arin bingung.
Sontak Zara membuka matanya lebar menatap Arin. Seakan menyuruh Arin untuk menutup mulutnya. Arin yang paham maksud Zara pun segera melipat bibirnya kedalam.
"Kerja kelompok maksudnya hehehe," sambung Arin.
Zara menghela nafas lega.
"Yasudah, bagaimana? Jadi kan jalan-jalannya?" Tanya Bima.
Arin mengangguk, "Kak Arsean mau ikut, gak?"
Arsean yang sedari tadi diam kemudian menoleh pada Arin, "Gue?"
"Iya, ikut aja kak. Biar Kak Zara juga ikut."
Zara memberi kode pada Arsean untuk menolak tawaran Arin. Namun tak disangka kepala Arsean malah mengangguk menyetujui permintaan Arin.
"Yey!! Yaudah, Arin ganti baju dulu." Arin berlari menuju kamarnya untuk berbenah.
"Hari ini gue harus kerja, Arsean.." bisik Zara pelan.
Arsean mendekatkan bibirnya ke telinga Zara lalu berbisik. "Gak usah. Mama juga udah ada dirumah."
Zara terkekeh saat merasakan sensasi geli di telinganya. Arsean yang iseng pun langsung meniup-niup telinga Zara sembari tertawa kecil.
Bima menatap kedua remaja yang sedang asik berbisik itu, "Hey, jangan bermesraan di depanku!!"
Melihat wajah kesal Bima membuat Zara semakin gencar untuk membuat kakaknya itu kesal. Ia memegang tangan Arsean lalu menatap Bima santai.
"Segeralah cari pasangan. Aku kasihan melihatmu melajang seperti ini," Zara terkekeh lalu berlari menuju kamarnya.
Bima hanya berdecak.
"Lalu apa yang akan kau lakukan disini? Kau tak mau pulang dan berganti baju?" Tanya Bima sinis pada Arsean.
Arsean mengangguk lalu segera beranjak pulang setelah pamit pada Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Teen Fiction[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...