11. Lecet
.
Arsean melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga tak memakan waktu yang lama untuk tiba di rumahnya.
Ia menghentikan motornya di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi. Kemudian ia turun dari motor itu. Melepaskan helm nya lalu melangkahkan kakinya perlahan.
Matanya tertuju pada seorang security yang tengah serius membaca koran di dalam pos satpam.
"Dadang!" Arsean melambai-lambaikan tangannya di udara.
Dadang pun segera menghampiri Arsean, "Eh Den, dicariin sama nyonya be-"
"Udah tau."
"Masih di dalam?" Lanjut Arsean bertanya.
"Masih, Den. Saya lihat nyonya besar membawa seorang anak kecil."
Arsean memalingkan wajahnya sembari mengelus belakang lehernya. Kakinya pun segera melangkah masuk.
Bukan kedalam rumahnya. Melainkan ke dalam pos satpam.
"Jangan kasih tau nyokap kalau gue ada disini."
Dadang hanya menghela nafas. Ia bisa menebak jika saat ini Arsean sedang ada masalah dengan Mamanya. Saat Arsean masih kecil pun dia selalu melakukan hal yang sama.
"Dadang! Aku tidul disini aja. Mama jahat sama Alsean."
"Alsean udah bilang ke Mama kalau Alsean bakal kelual dali lumah. Alsean tak pelnah bohong tapi Mama selalu tak pelcaya sama Alsean."
Dadang tersenyum saat mengingat pria kecil nan cerewet itu.
Dulu saat Arsean marah, dia akan membawa ransel kecilnya yang isinya hanyalah sebuah empeng serta dot. Dia mengatakan pada Mamanya bahwa ia akan keluar dari rumah. Padahal ia hanya tidur di pos satpam, bangunan sederhana yang kawasannya masih berada di halaman rumahnya.
"Den, apa perlu saya ambilkan dot sama empengnya?" Tanya Dadang saat sadar sedari tadi Arsean bergerak tak nyaman di atas tikar empuk.
Dadang juga tahu bahwa Arsean tidak bisa tidur tanpa dua benda kesayangannya itu.
Arsean bangkit duduk dan langsung mengacak rambutnya frustasi.
"Gak usah," Arsean kembali berdiri lalu berjalan ke arah motor dan segera menancapkan gasnya.
Entah kemana tujuan Arsean sekarang. Apa dia harus kembali ke rumah sakit dan bertemu Zara?
Ah, dia terlalu gengsi untuk menemui Zara saat mengingat kejadian tadi dimana ia mencueki Zara bahkan meninggalkan Zara sendirian.
Sepertinya kini jalan satu-satunya hanyalah rumah Angga.
Namun seketika Arsean menghentikan motornya di depan gerombolan wanita yang menggunakan pakaian seksi.
"Ngapain kalian berdiri di pinggir jalan dan mengotori pemandangan sekitar?!" Geram Arsean.
Para wanita itu hanya tertawa melihat Arsean.
"Hai anak muda. Apakah kamu sedang menggoda kami?" Kata salah satu wanita paruh baya sambil tersenyum nakal pada Arsean.
"Menggoda?" Bingung Arsean kembali mencerna kata yang di maksud wanita itu.
Wanita tadi tertawa pelan melihat ekspresi kebingungan Arsean, "Kamu ini polos atau hanya pura-pura tidak tahu, hm?"
Wanita itu berjalan mendekati Arsean lalu berbisik pelan "Aku bisa menjelaskan padamu tentang hal itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/247288884-288-k469897.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Fiksi Remaja[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...