16. Ngambek
.
Rembulan sudah menampakkan wujudnya di langit yang gelap. Pertanda malam sudah tiba. Suasana di pantai masih cukup ramai. Bahkan lebih ramai dari sebelumnya.
Arsean dan Zara sudah puas mencoba semua permainan yang ada. Kini keduanya berjalan mencari keberadaan Arin dan Bima. Zara sibuk memperhatikan sekeliling sembari berjalan santai. Sedangkan Arsean asik dengan permen gulalinya.
"Mereka dimana sih?!" Kesal Zara karena sedari tadi sore belum juga menemukan kakak dan adiknya itu.
"Kenapa lo gak telpon aja?" Sahut Arsean menghentikan kegiatan makan permen nya sejenak.
Zara menghentikan langkahnya sambil memukul jidatnya, "Iya ya, kok gue gak kepikiran."
Zara lupa bahwa ia sudah memilik HP.
Ia pun segera mengambil benda pipih itu di tas selempang nya. Memencet nama Bima yang ada di kontaknya lalu menempelkan ponsel itu di telinganya.
"Halo? Kau dimana sekarang?"
"Aku dan Arin sudah di perjalanan pulang."
Zara menghembus nafas panjang setelah mematikan sambungan telepon nya.
"Mereka udah pulang," ucap Zara pada Arsean.
"Yaudah, kita juga pulang sekarang. Gue haus."
Zara mengangguk setuju lalu berjalan bersama Arsean menuju tempat parkiran. Tetapi langkah mereka tiba-tiba berhenti saat tak sengaja berpas-pasan dengan Kevin.
Kevin yang yang berjalan dari lawan arah hanya diam memperhatikan Zara dan Arsean. Matanya langsung terfokus pada kedua tangan yang saling bergandengan itu. Ia melirik Arsean tajam.
"Zara, gue mau ngomong sebentar sama lo," ucap Kevin hendak mau menarik tangan Zara.
Arsean sontak memukul tangan Kevin, "Gak bisa."
Zara mendongak ke samping, menatap Arsean yang terlihat tenang.
Kevin tertawa sembari memasukkan tangannya kedalam saku celana, "Lo siapa main larang-larang, ha?"
Arsean tak menjawab. Ia melingkarkan tangan kirinya di pinggang Zara lalu membungkuk sebentar untuk mencium pipi kanan Zara.
Tubuh Zara mematung. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali.
Wajah Arsean yang seperti meremehkan Kevin membuat tangan Kevin terkepal kuat. Jujur saja ia masih memiliki perasaan pada Zara. Dia sangat terbakar saat melihat kejadian barusan dimana Arsean berani mencium pipi Zara di depannya.
Bahkan sewaktu Kevin berpacaran dengan Zara, ia tak pernah menyentuh apalagi mencium pipi itu.
"Kurang jelas?" Tanya Arsean sembari mengangkat sebelah alisnya.
Arsean kembali membungkuk. Namun Kevin segera pergi. Melangkah cepat dan sengaja menabrak tubuh Arsean.
Arsean tersenyum tipis. Bahkan saat Kevin menabrak tubuhnya pun ia masih membungkuk menatap Zara dari samping.
Zara menoleh menghadap Arsean, "Yaudah yuk pu-"
Cup
Arsean mengecup bibir Zara dalam sekejap lalu berjalan meninggalkan Zara yang lagi-lagi mematung. Jantung Zara berdebar hebat. Darahnya berdesir memberikan sensasi menyengat di sekujur tubuh.
Ia memegang bibirnya hingga terlukis senyuman di ujung bibirnya. Pipinya bersemu merah. Astaga, sudah berapa kali ia dicium oleh Arsean?!
Ia pun segera berlari mengejar Arsean yang sudah masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Fiksi Remaja[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...