🐝 Pingsan

121K 14.7K 1.7K
                                    

38. Pingsan

.

Arsean dan Zara pun tiba di apartemen Bima. Susana di tempat itu cukup ramai. Beberapa mobil ambulan serta mobil polisi mengelilingi apartemen tersebut. Bahkan banyak rombongan wartawan yang dihalau oleh polisi karena berlomba-lomba ingin masuk ke dalam. Begitupun dengan warga yang juga ikut penasaran dengan apa yang terjadi.

Baru saja Zara dan Arsean keluar dari mobil, mereka langsung diserbu oleh wartawan.

"Bagaimana tanggapan anda selaku satu-satunya dari keluarga yang selamat atas pembunuhan ini?"

"Apa anda tahu sesuatu yang menyebabkan keluarga anda terbunuh?"

"Apa ini juga menyangkut tentang Morgan Company?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan.

Zara tidak berniat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Ia memilih untuk menerobos masuk ke dalam apartemen. Arsean pun juga ikut di belakangnya.

Setibanya di sana....

Deg.

Waktu seolah berhenti kala Zara membuka pintu apartemen itu. Kaki Zara mendadak terasa lemas membuat tubuhnya hampir jatuh jika saja Arsean tidak sigap menahannya.

Tiba-tiba jantungnya berpacu lebih cepat saat melihat segerombolan petugas medis mengelilingi mayat keluarganya.

Mata Zara mengerjap beberapa kali. Hanya ada cairan bening yang mengalir tanpa terdengar suara tangisan maupun isakan sedikit pun dari Zara. Sangat terlihat jelas dari wajahnya bahwa gadis itu sedang sangat tersiksa.

"Beri dia hukuman mati." Ucap Dirga yang juga ada disana dan tentunya langsung mengundang perhatian Zara serta Arsean.

Dua polisi itu mengangguk mantap sembari memasangkan borgol di tangan wanita dewasa yang tak lain adalah Farah.

"DASAR KAPARAT!! INI SEMUA TIDAK AKAN TERJADI JIKA KALIAN TIDAK BERANI MENIPUKU KU!!" Teriak Farah sambil berusah memberontak untuk melepaskan diri.

Dirga bergidik ngeri. "Dari dulu kau sangat suka playing victim."

"LEPASKAN AKU!!!" Tegas Farah pada polisi yang menahan tubuhnya. "PERCAYALAH DIRGA, INI ADALAH AWAL DARI KEHANCURANMU. AKAN KU PASTIKAN KETURUNANMU AKAN MENGALAMI PENDERITAAN YANG TIADA HABIS-HABISNYA!!!"

"Uh, kau sangat berisik." Dirga mengusap-usap telinganya sebelum ia menatap kesal terhadap polisi-polisi. "Apalagi yang kalian tunggu? Bawa dia pergi sekarang!!"

Polisi itu menurut dan langsung membawa Farah keluar dari apartemen. Namun sebelum itu, Farah sempat menatap geram pada Arsean dan juga Zara yang berdiri di dekat pintu.

Zara memberikan tatapan penuh dendam pada wanita itu. Berbeda dengan Arsean yang langsung mengalihkan pandangannya. Jika Arsean sudah sangat membenci, jangankan menegur, melihatnya saja Arsean tak sudi.

Dirga membuang napas berat setelah mengetahui kedatangan Zara dan Arsean. Dirga merasa kasihan melihat Zara yang begitu hampa.

"Om Dirga, mereka mau di bawa ke rumah sakit, kan? Mereka masih bisa selamat, kan? KATAKAN IYA, OM!!" Tukas Zara seraya menggerak-gerakkan lengan Dirga.

"Mereka sudah tidak bernyawa, Nak." Gumam Dirga seakan merasa bersalah karena lambat menyelamatkan nyawa sahabatnya.

Zara tertawa kencang, namun air matanya terus mengalir. "Ayolah, ulang tahun ku masih lama. Belum saatnya kalian mengerjai ku."

Bayi Dingin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang