13. Papa
.
Arsean keluar dari rumah sakit untuk menghirup udara segar. Dia malas jika terus-terusan berada di dalam ruangan yang berbau obat-obatan.
Saat Arsean baru ingin berbalik badan ingin masuk ke rumah sakit itu, matanya langsung menangkap seorang gadis yang tengah berjalan kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Zara.
Kali ini Zara hanya mengenakan sweater polos berwarna pink dan celana panjang training warna hitam bergaris putih. Zara mengucir tinggi rambutnya membuat ia terlihat lebih imut.
"Mau kemana?" Tanya Arsean penasaran.
"Mau beli makanan buat Arin."
"Ikut."
CIITT
Suara berasal dari roda motor yang berdecit karena di rem mendadak membuat Zara dan Arsean kaget dan menoleh pada sumber suara.
Arsean menghembus nafas kasar saat melihat Angga datang bersama motornya.
"Gue dikejar anjing anjir!!" Panik Angga saat turun dari motor.
Zara memperhatikan Angga dari bawah hingga atas.
"Lo bolos?" Zara tersadar bahwa Angga masih mengenakan seragam sekolah.
"Dih, orang gue kesini mau jemput Arsean." Judes Angga. "Arsean, lo dicariin Bu Butet."
Arsean mengangkat sebelah alisnya, "Lo gak bilang macam-macam kan ke tuh Putri Aurora?"
"Gue cuma bilang kalau lo lecet dikit terus di rawat di rumah sakit. Mampus lo bakal kena hukuman!! Mana gue liat muka Bu Butet tadi warna hijau keungu-unguan pokoknya udah kayak hulk deh suer."
Tangan Arsean mengecek saku celananya lalu mengambil selembar uang kertas berwarna biru. Ia pun memberikan uang itu pada Angga.
"Nah daritadi kek. Kan gue jadi pintar buat alasan kalau begini ceritanya," Angga mencium wangi uang biru itu, "Hmm bau papa gula."
Arsean pun langsung menarik tangan Zara untuk naik ke motornya, "Itu uang taksi lo. Gue mau pake motor."
"What?! Gak bisa gitu dong bro. Gue bisa telat kalau nyari taksi disini."
Arsean segera melajukan motornya tanpa menghiraukan jeritan Angga.
"Kasihan si Angga. Kenapa lo gak antar dia dulu? Susah tau nyari taksi di sekitar rumah sakit," ucap Zara yang kini duduk di belakang Arsean.
"Ngantar Angga? Yang ada gue ngantar nyawa ke Bu Butet," jawab Arsean.
"Iya," balas Zara dengan nada murungnya.
"Iya apa?"
Zara mendekatkan telinganya pada Arsean, "Gak tau. Emang lo tadi ngomong apa'an sih?"
"Lupain aja."
Zara mengangguk, "Oh gitu.."
"APA SIH ARSEAN?! GUE GA DENGAR SUARA LO!!" Teriak Zara.
"Gak ada yang ngomong, Ladusing!!" jawab Arsean.
"Gakpapa kok." balas Zara kemudian.
Arsean menghela nafas pasrah. Kenapa percakapan menjadi tidak jelas seperti ini? Tapi setidaknya dia sudah tahu apa kekurangan Zara. Pasalnya gadis itu terlalu sempurna.
Mereka pun tiba di sebuah warung pecel lele. Zara segera masuk untuk membeli makanan sedangkan Arsean duduk di motor menunggunya.
Lama menunggu akhirnya Zara keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Ficção Adolescente[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...