12. Mommy Zara
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Arsean berusaha menutup matanya. Namun usahanya tetap saja gagal. Dia tak bisa tidur dalam keadaan haus ataupun mulut menganggur.
Ah, dia sangat merindukan susu dan empengnya.
Seketika pikirannya kembali tertuju pada seorang pria dan anak kecil yang bersama Farah, Mamanya. Dia tak tak tahu siapa orang yang tidak dikenali itu.
Kecewa? Tentu saja.
Dulu saat Dirga dan Farah bercerai, Arsean hanya bisa menangis sendirian. Awalnya dia membenci kedua orangtuanya. Tetapi Farah meyakinkan pada Arsean bahwa yang bersalah adalah Dirga, bukan dirinya. Dirga berselingkuh dibelakang Farah.
Sejak saat itu Farah menjauhkan Arsean dari Dirga. Farah selalu memanjakan Arsean agar Arsean tidak bisa jauh dari dirinya. Seakan Arsean diwajibkan bergantung dengannya agar sewaktu-waktu Dirga membutuhkan Arsean, Arsean akan menolak dan lebih memilih Farah.
Bahkan kata-kata Farah masih melekat di pikiran Arsean.
"Mama gak sejahat Papa kamu. Mama gak bakal ninggalin Arsean. Mama janji."
Apa Arsean harus pulang dan minta penjelasan tentang kejadian tadi pada Farah?
Tidak, dia masih tak ingin berjumpa dengan Mamanya. Arsean pun menghembus nafas lengah.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Spontan saja Arsean menutup matanya. Ia mengintip lewat ekor matanya untuk mengetahui siapa yang masuk.
"Udah tidur?" Tanya Zara tapi tak ada jawaban.
Zara berjalan mendekat sambil meletakkan kantong pelastik ke atas nakas. Matanya kemudian tertuju pada tangan kanan Arsean. Kulit jempolnya yang merah akibat terkelupas.
Sekarang Zara paham mengapa Arsean tak mau menghisap jempolnya sendiri.
Zara tersenyum melihat wajah polos Arsean yang terlelap. Entah angin darimana membuat tangannya bergerak mengelus lembut pipi Arsean.
Dengan gerakan cepat Arsean menangkap jempol Zara dengan mulutnya. Menghisap jempol Zara dengan rakus seperti anak bayi yang sedang kehausan.
Matanya terus tertutup. Tidak menghiraukan ekspresi terkejut Zara.
"Lo belum tidur?!!"
Arsean menggeleng cepat sambil terus menghisap jempol Zara.
Jempol yang sangat manis membuat rasa haus Arsean seketika menghilang.
Arsean pun membuka matanya perlahan. Tentu saja langsung di suguhi penampakan indah yang muncul di hadapannya. Arsean melepaskan jempol Zara dari mulutnya lalu segera duduk.
Tanpa berkata-kata, Arsean mengangkat tubuh Zara hingga gadis itu duduk di atas brankar yang ia tiduri. Setelah itu barulah ia membaringkan kepalanya di paha Zara. Meraih tangan kanan Zara lalu kembali menghisap jempol itu layaknya empeng.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan jantung Zara sekarang. Benar-benar seperti sedang lari maraton. Bahkan wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
"Jempol lo lebih manis dari jempol Mama," ucap Arsean di sela isapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Teen Fiction[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...