18. Cemburu
.
"Jadi sekarang kita ngapain?" Tanya Arsean saat kembali duduk di samping Zara.
Zara berdiri dari kasur. Mengambil laptop yang berada di atas meja belajarnya. Ia pun naik ke tengah-tengah kasur, lalu duduk disana sembari membuka laptopnya. "Semalam gue pinjem laptop nya Bima."
Arsean yang berada di ujung kasur hanya memperhatikan Zara lama. Menunggu Zara melanjutkan perkataannya.
"Gue mau nonton film horor," lanjut Zara.
Arsean pun beranjak mendekati Zara lalu ikut duduk di belakang gadis mungil itu. Kini Zara berada di antara kedua kaki Arsean. Tangan Arsean memeluk Zara dari belakang kemudian mendaratkan dagunya di atas pundak Zara.
"Lo suka film horor, gak?" Tanya Zara saat film baru saja di mulai.
"Suka nya sama Zara doang."
"Ais, serius!!"
Arsean menggeleng lalu menyembunyikan wajahnya di leher Zara. "Gak suka, serem."
Zara hanya beroh-ria.
Arsean terlihat nyaman saat indra penciumannya menangkap aroma leher Zara. Aroma susu pisang yang segar membuat Arsean kembali merasakan sedih. Mengingat bahwa botol dot kesayangannya yang berisi susu pisang sudah ia buang. Dan sekarang ia merasa haus.
Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Zara sibuk menonton, sedangkan Arsean sibuk memperhatikan wajah Zara dari samping. Mencari pori-pori yang entah letaknya dimana. Bahkan jarinya menekan-nekan pipi Zara. Tapi gadis itu sama sekali tidak terusik.
"Zara." panggil Arsean membuat Zara menoleh kesamping, tepat didepan wajah Arsean.
"Apa?"
"Dot gue hilang."
"Kok bisa?"
"Gue gak sengaja buang tadi. Bantuin cari dong, gue haus." murung Arsean.
Zara menekan tombol pause di laptopnya, dan Arsean kembali duduk seperti posisi semula. Zara lalu membalikkan tubuhnya ke belakang hingga kini posisi mereka saling berhadapan. "Lo buangnya dimana?"
Arsean menundukkan kepalanya sambil memainkan kukunya. Dia ingin memberitahu Zara pasal Arin tadi. Tapi ia masih malu.
"Gue tadi gak sengaja buang di luar."
Zara memutar bola matanya malas. Tanpa berkata-kata lagi, Zara segera menarik tangan Arsean beranjak turun dari kasur. Membawanya keluar rumah.
Arsean menunjuk rerumputan yang ada di halaman rumah Zara. "Mungkin disitu."
Zara pun melangkah, namun tubuhnya segera di hadang oleh tangan Arsean. "Lo mau kemana?"
"Kan mau nyari dot lo."
Mata Arsean melirik sekumpulan cowok yang sedang menongkrong di sebuah teras rumah yang berhadapan langsung dengan rumah Zara. "Gak usah, lo duduk disini aja."
"Kenapa?"
"Mereka siapa?" Arsean menunjuk sekumpulan cowo itu dengan dahinya.
"Oh, itu Zidan tetangga gue sama temen-temennya. Emang kenapa?"
Arsean melipat kedua tangannya dan menatap Zara lama. Zara malah kebingungan dengan maksud tatapan Arsean. Ia pun menunduk dan baru tersadar bahwa pahanya sangat terekspos jelas. Tentunya karena ia hanya mengenakan baju kebesaran yang menutupi hot pants nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Teen Fiction[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...