🐝 Comeback

125K 15.2K 658
                                    

33. Comeback

.

"OH MY GOD!! I MISS YOU SO MUCH, HONEY!!" Teriak perempuan itu.

Perempuan itu pun langsung melompat memeluk tubuh Arsean. Kakinya melingkar di pinggang Arsean. Begitupun dengan tangannya yang ikut melingkar di leher Arsean.

Tubuh Zara menegang bak disambar petir. Dadanya terasa sesak melihat kejadian tersebut tepat di depan matanya. Munafik jika Zara mengatakan bahwa ia tak cemburu.

Perlahan Arsean menoleh pada Zara dan dengan cepat Zara memalingkan wajahnya. Ia tak ingin Arsean mengambil kesimpulan aneh tentang dirinya.

"Aku sangat merindukanmu, Sean!! Kenapa kau blokir nomorku? Kau masih marah padaku?" Ucap perempuan itu masih dengan posisi memeluk Arsean.

Arsean mendorong tubuh perempuan itu dan dalam sekejap tangan dan kaki perempuan itu pun terlepas dari tubuh Arsean.

"Ikut gue!" Tegas Arsean sambil menarik kasar tangan perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Alya.

Sosok perempuan yang dulu sempat menjalin hubungan bersama Arsean.

Setelah Arsean dan Alya berlalu, Zara pun tak ingin berlama-lama berada di tempat ini. Ia bergegas meninggalkan rumah Arsean tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Angga.

Entah apa yang dilakukan Angga di toilet selama ini.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Arsean terselip nada tak suka.

"Ayolah sayang, aku pernah berjanji akan mengunjungimu bukan? Sekarang aku sudah menepati janjiku." Alya tersenyum selebar mungkin. "Kau pasti sangat merindukanku kan?

Arsean tertawa remeh. "Jangankan rindu, perasaan aja udah gak ada."

Alya menahan senyumnya malu-malu. "Aku tahu kalau kau masih cemburu atas kejadian waktu itu, kan?"

Oh tuhan, Arsean merasa mual sekarang. Ia sangat jijik melihat perempuan yang terlalu percaya diri.

Terkecuali Zara.

"Para pria itu hanya temanku, sayang..." Alya mendekat lalu memeluk tubuh Arsean. "Aku suka caramu yang posesif seperti ini. Itu menandakan bahwa kau sangat mencintaiku."

Arsean melengkungkan bibirnya ke bawah. Dia ingin menangis. Bukan karena ia merindukan Alya, melainkan karena ia tak tahan dengan sikap perempuan ini.

Bahkan Arsean membayangkan tubuh Alya berubah menjadi bola baseball lalu dengan senang hati ia memukul bola itu dengan tongkat besi sampai bola itu menghilang dari hadapannya. Sayangnya itu hanya sekadar imajinasinya.

Arsean pun menarik punggung Alya hingga pelukan itu terlepas. "Pintar-pintar membedakan mana posesif mana ilfeel."

Alya mengerutkan dahinya. "Ada apa denganmu? Kau seperti bukan Arseanku yang dulu."

Arsean bertepuk tangan riang seperti anak kecil. "Gue senang lo sadar."

"Apa karena perempuan tadi? Setauku kau tak pernah dekat dengan perempuan manapun selain aku dan Mamamu."

"Right !! Tebakan di opsi pertama benar. Tapi lo salah besar di opsi kedua. Dua perempuan yang lo sebut tadi mah gak asik. Mereka hobi menghilang." Jelas Arsean tersenyum miris.

Arsean membuka mulutnya lebar-lebar, "Hoam.... Ngantuk."

"Lo balik gih! Gue mau tidur." Arsean mendorong tubuh Alya keluar. Sesampainya Alya di depan pintu, Arsean lalu membanting pintunya hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Bayi Dingin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang