5. Double the job
.
"Telat." Arsean menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celana.
"Telat gimana? Kan emang jadwalnya selain hari libur datangnya jam 3 siang," protes Zara.
"Gue maunya jam 2."
"Gak bisa gitu dong. Lo kan tau kita pulang sekolah jam 1."
Arsean berbalik badan, lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya. Zara pun ikut mengekor dari belakang.
Sesampainya, Zara sangat terkejut saat melihat sekeliling kamar Arsean. Mainan berserakan dimana-mana. Kamarnya benar-benar berantakan sekarang.
Sembari memunguti satu-satu mainan, Zara bertanya, "Arsean, gigi lo masih sakit?"
Arsean menggeleng.
"Keren ya, habis di tonjok langsung sembuh. Tau gitu kenapa gak dari kemarin aja." Zara cekikikan.
Arsean benar-benar risih jika sedang bersama Zara. Zara sangat banyak bicara dan Arsean tak menyukai perempuan seperti itu.
"Berhubungan lo udah gak sakit gigi, keluar dulu gih. Gue mau beresin kamar lo. Oh iya, sekalian nyuci baju lo, udah numpuk tuh. Eh, itu baju belum di setrika ya? Kusut amat. Ya ampun, buku lo juga berantakan ...."
Arsean hanya bisa menutup telinga dengan kedua tangannya. Ia kemudian berjalan mengambil empeng dan juga ponselnya yang terletak di atas kasur. Setelah itu, barulah dia melangkah keluar dari kamarnya. Membiarkan Zara melakukan semua tugasnya.
"KALAU MAU MINTA APA-APA TINGGAL PANGGIL GUE!!" teriak Zara.
Arsean hanya mengangguk paham walau Zara tak melihatnya.
***
Zara berjalan ke arah dapur saat dirasa tugasnya sudah selesai. Ia berniat ingin menghilangkan rasa dahaga di tenggorokannya.
Tetapi, langkah Zara tiba-tiba terhenti begitu mendengar suara tawa dari seseorang yang tak jauh darinya. Ia menoleh, mencari asal suara tersebut.
Matanya kini mengarah pada cowok yang sedang duduk di sofa sambil memegang handphone nya.
Siapa lagi kalau bukan Arsean.
Dengan berhati-hati, Zara berjalan mendekati Arsean. "Wah, si bayi lagi video call sama pacar nya, nih."
Karena terkejut , sontak Arsean menoleh seraya mematikan sambungannya.
Arsean berdiri, menatap tajam kearah Zara.
"Bisa gak lo gak usah bawa-bawa nama bayi?"
Zara terkekeh pelan. "Kan emang kenyataan. Kenapa? Emang pacar lo gak tau kalau lo ...."
"Gak," potong Arsean secepat kilat, lalu berjalan membelakangi Zara.
"Parah banget lo main rahasia-rahasiaan sama pacar sendiri." Lagi-lagi Zara hanya cengengesan. "Jadi gimana? Lo mau gue buatin susu?"
Arsean tak menoleh. Ia hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Ia pun menarik kursi meja makan, lalu menempelkan bokongnya di benda itu. Sembil menunggu Zara membuat dot nya, ia memainkan ponselnya. Dia memang tak bisa pisah dari benda pipih itu.
Zara berdiri di hadapan Arsean.
"Susu rasa apa? Coklat? Vanila? Strawberry? Anggur? Mangga? Jeruk? A—" perkataan Zara berhenti ketika melihat Arsean sedikit memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Roman pour Adolescents[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...