40. Los Angeles
.
"ARSEAN, MAKAN BUBURNYA DULU!!!" Teriak Zara dari dapur.
Arsean sama sekali tak menyahut. Ia terlalu fokus menonton kartun Peppa Pig di ruang tengah hingga tak mendengar suara teriakan dari Zara.
Zara yang kesal pun memilih untuk menghampiri Arsean sembari membawa mangkuk yang berisi bubur pisang. Zara menggeleng pelan kala melihat Arsean sedang duduk manis di atas karpet halus. Matanya berbinar-binar menonton kartun kesukaannya itu.
Semakin kesini, Zara semakin tau bagaimana keseharian Arsean di rumah.
"Makan dulu. Papa kamu bentar lagi datang." Ucap Zara sembari ikut duduk di samping Arsean.
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi, Arsean membuka mulutnya lebar-lebar seakan minta di suapin. Zara yang paham pun langsung menyuapkan sesendok bubur hangat itu ke dalam mulut Arsean.
"Zara udah makan?" Tanya Arsean dengan mulut yang dipenuhi bubur.
"Udah, tadi makan roti."
Detik selanjutnya hanya ada suara televisi yang terdengar sebelum disusul suara pintu terbuka.
"Sampai kapan kalian mau berleha-leha di situ?" Tanya Dirga yang baru saja datang.
Serentak Arsean dan Zara menoleh ke arah pintu.
Arsean mendesah ringan, lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke televisi. "Kita udah nungguin Papa dari tadi."
Dirga melangkah lebih dekat, mengambil remot di atas meja, lalu menekan tombol power pada remot tersebut. Hal itu membuat Arsean memasang wajah cemberutnya dalam sekejap. Ia paling tak suka jika ada yang mengganggunya saat sedang asyik menonton.
"Ayo cepat! Kali ini Papa terpaksa harus menggunakan pesawat umum karena jet pribadi kesayangan Papa masih dalam tahap pembersihan. Jadi tak ada waktu untuk bersantai-santai." Papar Dirga sambil memperbaiki posisi jam tangannya.
Arsean memutar bola matanya malas. Papa nya itu terlalu sombong dan suka memamerkan harta. Arsean harap, kelak ia tak akan pernah berlagak sombong seperti Papa nya itu di depan anak-anaknya nanti.
Eh, mengapa Arsean mendadak jadi terpikirkan memiliki anak?
Ya Tuhan, Arsean sangat membenci makhluk kecil aneh itu. Jangan lupakan bahwa Arsean sama sekali tak suka dengan anak kecil. Ia hanya ingin hidup berdua dengan Zara selama-lamanya.
Bagi Arsean itu sudah lebih dari cukup.
***
Kini mereka bertiga sudah duduk di dalam pesawat. Lebih tepatnya di Business Class yang dirancang khusus untuk para kaum elite.
Zara dan Arsean duduk bersebelahan sambil berbincang ria. Berbeda dengan Dirga yang memilih untuk duduk sendirian dan tentunya jauh dari Zara dan Arsean. Bagaimana bisa ia menghabiskan waktu selama 17 jam hanya untuk mendengar gurauan anak muda?
Huh! Tidak penting sekali.
"Ayolah sayang... Gaun ini cocok buat kamu." Resah Arsean sembari menunjuk sebuah gambar gaun berwarna hitam yang ada di kertas majalah.
"Apaan sih! Yang warna putih aja biar simpel. Kan kita nikahnya cuma di gereja, Arsean... Toh gak meriah meriah banget." Bantah Zara tak mau kalah.
"Nikah itu sekali dalam seumur hidup, Zara... Masa kamu mau sih yang biasa-biasa aja."
"Ya gak perlu mewah juga kali. Yang penting sah, udah itu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Teen Fiction[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...