6. Demam
.
Sesampainya di rumah Zara.
"Hatcih!!" Suara bersin terdengar untuk kesekian kalinya.
Zara menatap Arsean yang sudah basah kuyup. Ia segera melepaskan jas hujan dari tubuhnya, lalu membawa Arsean masuk ke dalam rumah. Zara melihat sekelilingnya. Tak ada orang. Sangat sepi. Ia rasa Arin dan Ibunya sudah tidur.
Zara pun berjalan menuju kamarnya untuk mengambil baju Arsean yang kebetulan pernah ia pinjam saat pertama kali ke rumah Arsean.
"Nih pake."
Arsean menerima baju itu, lalu masuk ke kamar mandi Zara.
Setelah mengganti baju, Arsean beranjak ke ruang tamu. Ada Zara yang menunggunya di sana.
"Hatcih!!" Lagi-lagi Arsean bersin. Ia menyilangkan tangannya di depan dada karena kedinginan.
Zara meringis pelan. "Muka lo pucat banget. Tunggu bentar ya, gue buatin lo teh anget baru gue anterin pulang."
Tak butuh waktu lama, Zara akhirnya datang membawa secangkir teh. Namun, ia mengurungkan niatnya untuk memberikan teh itu karena melihat Arsean yang sudah terlelap di atas sofa.
Ia menggeleng pelan memandangi Arsean yang berbaring dengan posisi badan ditekuk sembari memeluk kakinya. Zara meletakkan cangkir teh tadi ke atas meja. Ia kemudian mengambil selimutnya dari dalam kamar untuk menutupi tubuh Arsean agar tidak kedinginan.
***
Pagi hari pun tiba. Hujan masih belum berhenti. Zara segera bangkit dari kasurnya, lalu menghampiri kamar Arin, adiknya.
Tok tok tok
"Arin, bangun! Udah jam setengah tujuh."
Setelah memastikan bahwa Arin sudah bangun, ia beralih ke kamar ibunya.
"Ibu udah agak enakan, ya?" tanya Zara saat melihat ibunya yang sedang duduk di pinggir kasur.
Dewi, sang ibu tersenyum sambil mengangguk. Ia kemudian berdiri dari kasurnya.
"Mau kemana Bu?" tanya Zara.
"Mau pipis."
"Ibu bisa jalan kan?" terlihat wajah Zara khawatir.
Dewi terkekeh pelan. "Kan ibu cuma asma, Sayang. Bukan lumpuh."
Zara mengangguk paham. Ia sedikit lega karena keadaan Dewi sudah lebih baik dari sebelumnya.
Sekarang ia menuju ruang tamu. Berniat membangunkan Arsean.
"Woy!! Lo gak sekolah?"
Arsean tak menjawab. Ia masih tertidur lelap. Mungkin karena pengaruh cuaca yang sejuk membuat Arsean tidur sangat nyenyak.
Zara pun menggerak-gerakkan tubuh Arsean. Berharap agar si empunya segera bangun. Namun, kegiatan Zara terhenti saat merasakan badan Arsean yang hangat.
Tangan Zara bergerak naik untuk memegang kening Arsean.
"Panas," gumam Zara.
"Kak? Dia siapa?" Arin tiba-tiba datang.
Zara menoleh. "Arsean, majikan kakak."
Arin mengangguk sambil membentuk huruf o pada bibirnya.
"Kakak gak sekolah? Bentar lagi jam 7 nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dingin [TERBIT]
Jugendliteratur[Terbit di GLORIOUS PUBLISHER] [Klik link di bio untuk pemesanan novel] Arsean Dirgazanta, sosok lelaki yang berlagak dingin nan cuek demi menutupi kebiasaan bayinya. Siapa sangka dibalik sikap acuh tak acuh nya terdapat dot serta empeng di dalam t...