🐝 Hancur

130K 14.5K 3.1K
                                    

28. Hancur

.

Sesampainya di UKS, Zara membawa Arsean duduk di kursi. Ia mengambil kapas serta betadine untuk mengobati luka yang ada di wajah Arsean.

Kini posisi Zara berdiri di depan Arsean yang sedang duduk. Ia mengangkat rambut yang menghalangi kening Arsean, mengoleskan betadine, lalu memplester-nya.

Suasana cukup hening. Hanya terdengar suara ringisan pelan dari Arsean akibat rasa perih di wajahnya.

Zara sibuk berkutat dengan luka Arsean. Sedangkan Arsean sibuk bergelut dengan pikirannya. Pikirannya memaksa untuk putus dengan Zara, namun di sisi lain, hatinya menolak akan hal itu. Arsean yakin, di antara keputusannya itu, pasti nantinya Zara tetap saja akan kecewa.

"Kenapa?" Tanya Zara, masih sibuk mengobati.

Arsean mendongakkan kepalanya, memperhatikan wajah Zara lekat. Rasanya ingin sekali memeluk tubuh Zara lalu mengeluarkan semua tangisan yang ia tahan sedari tadi.

Zara mengakhiri kegiatannya saat melihat Arsean hanya diam. "Kenapa putus?"

"Gue udah gak ada rasa sama lo." Jawab Arsean sembari mengalihkan pandangannya. Tak berani menatap wajah Zara.

"Tatap gue, Arsean!" Perintah Zara, tetapi Arsean masih membuang muka. "Lo gak berani natap gue kan? Itu karena lo bohong."

Tebakan Zara tepat sasaran. Arsean tak kuasa menahan sesak di dadanya. Kali ini, Arsean merutuki dirinya sendiri akibat keteledorannya. Dia menyesal datang ke bar itu, meminum minuman aneh itu, berakhir ia merasa kotor pada dirinya sendiri.

Arsean pun mengusap air matanya yang sempat jatuh dan memilih untuk keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Zara yang masih terdiam ditempat.

Berada di sana hanya membuat Arsean semakin sakit.

"Arsean, lo dipanggil ke ruangan Bu Butet." Sahut seorang siswi yang kebetulan berpas-pasan dengan Arsean di depan pintu UKS.

Arsean mengangguk mantap.

Tapi sebelum itu, Arsean masuk ke toilet pria yang berada di samping UKS.

Menatap wajahnya yang mengenaskan lewat pantulan cermin, Arsean menghapus air matanya yang lagi-lagi mengalir begitu saja.

Masalah seolah datang berombongan menghalau kebahagiaan Arsean. Dan sekarang, dia membenci dirinya sendiri.

Melihat wajahnya di cermin, mendadak rahang Arsean menegang. Tatapan tajam serta tangan yang mengepal layaknya batu seakan siap melempar segala benda yang ada di sekitarnya.

Emosi di dalam benak Arsean semakin membara. Ia tak tahan. Dengan sekali tonjokan, cermin besar yang ada di depannya hancur berkeping-keping.

PRAANGG!

Cermin besar yang tadinya utuh, kini sudah pecah. Terlalu berlarut dalam amarah membuat Arsean tak sadar bahwa ruas jarinya mengeluarkan banyak darah.

"ARSEAN, UDAH!!" Teriak Zara yang kebetulan mendengar suara pecahan cermin dari luar.

Zara sudah tak sanggup melihat Arsean. Ia segera memeluk tubuh cowok itu erat. "Gue tau lo punya masalah. Tapi seenggaknya jangan lukai diri lo sendiri, Arsean!"

Arsean tak membalas pelukan itu. Ia tak berdaya. Ia hanya bisa membenamkan wajahnya di pundak Zara. Seakan lelah dengan semuanya.

"T-tangan lo..." Zara baru tersadar ketika melihat darah segar yang menetes di lantai.

Bayi Dingin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang