🐝 Die

115K 14.2K 2.5K
                                    

37. Die

.

Kini Zara dan Arsean sudah berada di dalam mobil. Dengan tangan yang memegang erat setir mobilnya, Arsean memandangi jalan dengan tatapan tajam. Ia tak tahu harus membawa Zara kemana. Pikirannya masih belum terlalu jernih akibat emosi yang tak ada ujungnya.

Berbeda dengan Zara yang hanya diam memandangi jalanan lewat jendela mobil. Sesekali ia mengusap air matanya yang tak henti-hentinya mengalir dengan sendirinya. Wajahnya pun sudah sangat pucat pasih.

Drrrttt drrtt

Ponsel Arsean bergetar, pertanda ada yang menelfon. Tanpa mengalihkan pandangannya, Arsean pun mengambil ponsel tersebut dari saku celananya.

Betapa terkejutnya ia saat tahu ada 45 panggilan tak terjawab dari Dirga. Segera ia menerima telpon itu.

"Hmm?"

"Kamu dimana sekarang??!!"

Arsean mengerutkan keningnya begitu mendengar suara Dirga yang tergesa-gesa seperti orang sedang panik.

"Di jalan."

"Farah membunuh keluarga Zara. Mereka semua tewas di apartemen Bima."

CIITTT!!

Arsean spontan menginjak pedal rem secara mendadak membuat tubuhnya dan juga tubuh Zara refleks terdorong ke depan.

"Ada apa?" Tanya Zara dengan suara serak, khas orang habis menangis.

Arsean mematung di tempat, mulutnya seakan terkunci, ia tak dapat berkata apa-apa lagi. Lelucon apa yang dikatakan Papanya itu?! Arsean sama sekali tak percaya.

"Arsean, kamu cari Zara secepatnya!! Jangan biarkan dia pulang. "

"A-Arsean lagi bareng Zara."

"Bawa dia ke rumah mu. Intinya jangan sampai dia tahu hal ini dulu. Papa masih mengurus masalah ini."

Tut tut tut...

Dirga mematikan sambungan telponnya.

Astaga, kenapa masalah datang secara bersamaan?

Arsean masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Berbagai pertanyaan muncul di kepala Arsean. Dan soal Farah, Mamanya? Jangan tanyakan seberapa benci Arsean pada wanita itu.

Arsean menoleh dan menatap Zara dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Dalam hitungan detik, Arsean berhasil menarik tubuh Zara ke dalam pelukannya. Arsean sudah tak kuasa menahan air matanya hingga tangisan itu pecah di pundak Zara.

Suara isakan dari Arsean membuat Zara kebingungan. "Arsean?" Zara menarik tubuh Arsean hingga pelukan itu terlepas.

"Lo kenapa nangis?" Tanya Zara sembari menghapus air mata di pipi Arsean.

Arsean menggeleng cepat. Arsean mengusap mata dan juga hidungnya dengan tangannya sendiri.

Melihat wajah sendu Zara malah membuat Arsean semakin tersiksa. Tak bisa dibayangkan bagaimana sedihnya Zara saat tahu bahwa satu keluarganya mati terbunuh. Terlebih yang membunuh keluarganya tak lain dan tak bukan adalah Farah, Mama kandung Arsean.

***

Mobil pun berhenti tepat di garasi rumah Arsean. Setelah keluar dari mobil, Arsean membawa Zara masuk ke dalam kamarnya. Mengambilkannya baju serta celana yang mungkin pas untuk Zara. Tentunya karena Zara hanya mengenakan jaket besar dari Arsean yang berbatasan sampai pahanya.

Bayi Dingin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang