"Semalam Ibu dan Ayah datang kemari," ucap Jimin dengan suara cempreng khas bangun tidur miliknya.Lantas Yoojin tak langsung menjawab. Butuh beberapa detik untuk mencerna ucapan Jimin baru saja. Ia menggeliat kecil lalu kembali beringsut dalam pelukan suaminya. Tak pernah seumur hidupnya ia merasa semalas ini untuk bangun tidur. Padahal, biasanya, meski ia lelah sekali di hari kemarin. Besoknya ia selalu bangun pagi-pagi sekali tanpa sedikit pun merasa malas.
"Kenapa tidak membangunkanku?"
"Sengaja tidak. Kau butuh istirahat,"
"Eum," hanya gumaman itu yang mengudara. Ingin sekali menanggapi tapi didekap dengan hangat oleh Jimin seperti ini membuatnya kembali mengantuk. "Jimin, aku ingin tidur lagi. Apa boleh?" Sambungnya.
"Kenapa bertanya? Iya, tidur saja,"
"Tapi ini waktu untukmu sarapan," timpal Yoojin tapi malah makin beringsut, membuat tubuhnya makin nyaman dalam dekapan Jimin.
Hening sejenak. "Nanti saja sarapannya. Aku juga ingin tidur," balas Jimin. Alih-alih berkata jangan pikirkan sarapanku pada Yoojin. Jimin lebih memilih berkata kalau ia juga ingin tidur saja. Ia ingat kejadian semalam. Gara-gara pipi sedikit tirus saja, istrinya ini sampai memaksakan diri untuk memasak, padahal baru saja mereka pulang dari rumah sakit.
"Tidak bekerja, kan?" Lirih Yoojin.
"Tidak,"
"Baguslah. Aku ingin seperti ini terus,"
"Tentu, sayang. Sekarang tidur lagi. Masih terlalu pagi," pungkas Jimin lantas Yoojin mengangguk. Lalu satu kecupan lama itu bersarang di pucuk kepala sang istri bersamaan dengan usapan lembut di punggung Yoojin pula.
Yoojin benar-benar melanjutkan tidurnya. Sedang Jimin, merasa kemihnya sudah penuh, ia memutuskan untuk ke kamar mandi. Pelan sekali ia melepaskan diri dari istrinya ini, bahkan ia sampai berjinjit kaki agar Yoojin tidak terusik dengan suara-suara bising. Jimin paham kalau istrinya itu sensitif dengan suara-suara, sensitif sekali malah.
Bukan kamar mandi di kamarnya yang ia gunakan untuk sekaligus membersihkan diri, melainkan di kamar tamu. Ia sengaja membawa baju ganti dan handuk dari kamarnya lalu beralih ke kamar tamu di bagian paling ujung untuk rumahnya.
Saat keluar kamar. Dugaannya benar sekali. Ibunya sudah datang dan kebisingan di bagian dapur tidak terelakkan lagi beserta harum masakan yang menguar, itu sukses membuat cacing-cacing di perutnya seketika meronta-ronta.
"Baru bangun?" Tanya Ibunya yang sempat melirik ke arahnya dan menghampirinya pula.
"Hm," jawabnya, singkat. Selalu seperti itu! Park Apatis Jimin.
"Ini? Kenapa?" Heran Jieun menjunjuk baju ganti dan handuk dalam dekapan sang anak.
"Mandi. Di sana," jawab Jimin setengah malas dan setengah mengantuk.
Satu tabiat buruk Jimin yang lainnya adalah; ketika bangun tidur, setidaknya butuh 30 menit lamanya untuk dia mau melontarkan kata-kata. Jangan ditanya atau di ajak bicara apapun, kecuali dia sendiri yang memulai berbicara, karena jika tidak, Jimin bisa-bisa merasa dongkol sepanjang hari atau paling parahnya ngamuk-ngamuk hanya karena bangun tidur diajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfiction❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020