Beberapa bulan berlalu tanpa terasa...Kehidupan keduanya itu memang normal, bak pasangan suami istri pada umumnya. Bahagia jelas ada banyak, namum kadang juga ada satu atau dua kali keduanya berselisih paham dan saling menyangkal satu sama lain. Mengajukan protes dan marah kecil satu sama lain. Kadang damai sekali, lalu tiba-tiba ada saja yang mengusik.
Termasuk mengenai usaha keduanya untuk kembali memiliki momongan lagi.
Dari musim panas pergi sampai sampai musim salju hampir juga pergi, usaha mereka terus berjalan. Sayangnya segalanya tak semudah yang mereka bayangkan.
"Bagaimana?" Tanya Jimin ketika ia tahu kalau istrinya tengah memegang tespack.
Yoojin tak menyodorkannya pada Jimin. Ia simpan sendiri dengan raut kecewanya. Maka satu gelengan kepala menjadi jawaban dari pertanyaan suaminya.
"Jangan bersedih, Sayang. Tidak apa-apa," lirih Jimin lantas membawa Yoojin dalam dekapannya. Mengusap punggung serta surai hitam istrinya dengan lembut.
"Maaf ya, Jim," lirih Yoojin.
"Kenapa meminta maaf? Tidak apa-apa, Yoo."
"Hanya saja aku takut," pada akhirnya Yoojin menyuarakan ketakutannya pada Jimin. Ia makin beringsut dalam dekapan suaminya dan meremat punggung baju suaminya dengan erat.
"Jangan dijadikan beban, Yoo. Tuhan tahu kapan waktu yang tepat, hm?"
"Entahlah, Jim. Saat aku tahu jika Eonni hamil. Aku jadi gampang sedih. Seperti jadi beban sekali rasanya," jeda Yoojin. "Kenapa mereka bisa secepat itu dapat momongan dan segalanya seperti berjalan dengan sangat lancar bagi mereka. Lalu kita, kenapa kita belum juga mendapatkannya?" Sambungnya setenga putus asa nadanya.
Mendengar itu Jimin jadi ingat dengan malam pesta Namjoon saat itu. Dan, Jimin paham dengan istrinya ini. Kabar itu jelas membuat Yoojin makin tertekan, lebih-lebih ketika seluruh anggota keluarga besar berbondong-bondong mengucapkan selamat pada Namjoon dan Ailyn.
"Kau tahu, kenapa mereka sudah diberikan anak?" Tanya Jimin masih memeluk istrinya lantas Yoojin menggelang kepala. "Mereka itu sudah tua, sayang. Namjoon sudah 40 dan istrinya sudah kepala tiga. Sedang kita, kita masih muda. Setidaknya masih ada sedikit waktu untuk menikmati masa-masa pacaran sebelum kita sibuk dengan anak kita nanti,"
"Hmmm... baiklah," gumam Yoojin sebagai responnya.
Benar juga jika dipikir-pikir. Jika Namjoon dan Ailyn sudah banyak menghabiskan waktu pacaran mereka sebelum menikah. Sedang Jimin dan Yoojin sama sekali tak memiliki masa pacaran sebelumnya. Sekali bertemu dan esoknya menikah. Saat sudah sah pun, masih saja ada jarak di antara keduanya. Baiklah, Yoojin akan mencoba mengerti dan lebih besabar lagi kali ini.
Sayangnya sabar itu tidak berlaku lagi bagi Yoojin ketika di satu hari, di suatu sore saat Ibu mertuanya meminta mereka untuk datang ke rumah. Awalnya Yoojin tak berpikiran apa-apa, sama sekali ia tak menaruh curiga atau memiliki firasat buruk. Namun segalanya berubah ketika Ibu mertuanya sudah menyinggung anak dan menyarankan mereka untuk kembali memeriksakan diri ke dokter, mengenai kesuburan masing-masing.
"Astaga, Bu! Ibu pikir ini lucu?!" Tanya Jimin yang sudah tersulut emosinya.
"Ji--Jim," seru Yoojin sembari menarik sedikit ujung baju Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfiction❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020