36 • Se-nga-ja!

718 79 5
                                    


"Good morning, baby," sapa Jimin begitu manis seraya memeluk tubuh sang istri dari belakang. Yoojin hanya menjawabi dengan "Hmm" saja dan mengulas senyum simpulnya.

Seperti biasanya. Meski malamnya, Yoojin habis dihajar dengan beberapa ronde sekaligus oleh Jimin. Paginya, ia selalu bangun lebih dulu.

Seperti pagi ini. Yoojin tengah memasak untuk sarapan mereka. Hari ini, Bibi ijin untuk libur. Bibi berkata akan menjenguk Ibunya di desa. Maka di rumah besar itu hanya tersisa sepasang suami istri itu saja.

"Masak apa?" Sambung Jimin.

"Bulgogi dan Japchae," jawab sang istri yang tengah sibuk dengan peralatan memasaknya.

Belum sempat Jimin menimpalinya, ponselnya sudah bergetar. Satu panggilan masuk dari Vincent.

Lantas Jimin segera beralih guna mengangkat panggilan dari sekertarisnya itu, sedikit jauh dari dapur, tapi masih bisa ditangkap oleh Yoojin gema suara sang suami.

Kembali-kembali, semua menu makanan sudah siap di atas meja makan pun dengan Yoojin yang sudah duduk menunggunya, mungkin.

"Jimin-ah," seru Yoojin dengan nada setengah tak percayanya. Dia tengah melihati tampilan sang suami. Turtleneck warna light steel blue. Sumpah demi apapun! Yoojin tidak menyiapkan setelan itu tadinya.

"Kenapa, Yoo?"

"Kau tidak berencana memakai pakaian itu ke kantor, ,kan?"

Jimin masih berdiri dan diam sejenak guna meneliti tampilannya lagi. Tidak ada yang salah kok!

"Kenapa memangnya?"

"Apa semalam aku meninggalkan jejak di lehermu?" Balik tanya Yoojin.

"Tidak. Kenapa memangnya? Mau memberinya ya, sekarang?" Entah ini pertanyaan polosnya atau memang sengaja menjahili sang istri.

Sedang Yoojin hanya mengembuskan napas pendeknya dengan cepat sembari menutup matanya, sekilas. Dia sadar jika suaminya itu begitu normal sebagai seorang lelaki yang normal memang. Tapi, dia hanya tak menyangka saja kalau akan mendapat pertanyaan menjengkelkan seperti itu sepagi ini.

"Sarapan saja, Jim! Jangan membuatku jengkel, ya?! Masih pagi, ini!" Timpal Yoojin, pasrah.

"Sudah tidak sabar untuk menjadi malam ya memang..."

"Ya! Duduk dan sarapan, Jimin-ah!" Potong Yoojin setengah menyalak, gemas.

Meski wajahnya berekspresi kecut. Namun, batin Jimin bersorak, girang. Dia berhasil membuat istrinya jengkel di pagi hari.

Tak banyak yang mereka bicarakan disarapan pagi ini. Hanya obrolan singkat saja yang hadir. Jimin tak bisa berlama-lama dengan sarapannya. Setelah mendapat kabar dari Vincent, dia harus segera datang ke kantor. Pekerjaan penting tengah menunggunya.

"Ganti pakaianmu, Jim! Aku tadi tidak menyiapkan setelan itu!" Tiba-tiba titah Yoojin saat suaminya usai dengan sarapannya.

"Kenapa, Sayang? Apa aku tidak boleh pakai ini?" Tanya Jimin heran sembari menarik sedikit bajunya di bagian dadanya. "Sudah, ya? Aku buru-buru. Vincent sudah menelponku tadi," pungkasnya sembari berdiri dari duduknya.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang