21 • Sedikit Kecewa

495 84 4
                                    


Satu minggu setelahnya. Jimin baru kembali lagi ke kantor. Itupun jika bukan Yoojin yang memaksa, mungkin laki-laki itu masih akan berdiam diri di rumah.

Juga sekarang, di rumah Jimin sudah ada dua asisten rumah tangga sekaligus. Yoojin sendiri kadang sampai heran. Akan mengerjakan apa dua asisten rumah tangga itu.

"Apa mereka akan menghitung jumlah debu halus di rumah ini, Jim?" Begitulah tanya Yoojin saat dua orang wanita usia sekitaran 40 dan 55 tahun itu datang ke rumahnya bersama dengan Vincent. Panggilannya Bibi Suh dan Bibi Min. Tapi, keduanya pasti akan dipanggil dengan Imo-nim oleh Yoojin.

"Maksudnya?"

"Tanpa asisten saja aku membersihkan rumah ini dua hari sekali. Dan itupun tidak yang kotor sekali. Lalu, mereka berdua itu akan mengerjakan apa, Jimin-ah?"

Jimin menghela napas pendeknya dan meletakkan Ipad di pangkuannya itu ke atas meja depan kakinya di ruang keluarga. "Rumah ini besar, Yoo. Kau saja sering mengeluh pegal semua 'kan, setelah mebersihkan rumah ini?"

"Y--ya aku tahu, Jim. Lagi pula, aku 'kan masih bisa membantu mereka saat membersihkan--"

Tak tuntas sanggah Yoojin, Jimin memotong begitu saja. "Kau hanya boleh duduk diam di rumah ini! Untuk apa aku mengeluarkan banya uang jika kau masih saja ikut mengerjakan pekerjaan rumah?! Kau hanya harus mengawasi dan mengarahkan mereka saja, Yoojinieku sayang! Paham, kau?!"

Yoojin melempar tatapan tak pahamnya. Keningnya berkerut tipis, bibirnya terbuka sedikit. "Sungguh! Kadang aku sendiri tidak mengerti dengan jalan pikiran orang kaya itu bagaimana!" Gerutunya, lantas beralih meninggalkan Jimin begitu saja.

"Mau kemana?"

"Ambil minum! Rasanya kepalaku ingin meledak saja!" Sewotnya terus berjalan menuju ke arah dapur.

"Kau 'kan bisa memanggil mereka untuk mengantarkan air minum, Yoo?"

Yoojin berdecak singkat tanpa menghentikan langkahnya. "Aku bukan jompo yang apa-apa harus disiapkan!" sahutnya begitu saja.

Jimin terdiam. Dia jadi berpikir seketika itu juga. Jadi, dirinya yang apa-apa harus disiapkan keperluan dan kebutuhannya ini termasuk jompo kendati usianya bahkan belum menyentuh angka 30 sekalipun, begitu?

Hah! Ingin mengajukan protes. Tapi, dia 'kan Ahn Yoojin. Mengajukan protes sama artinya menabuh genderang perang dan berakhir jadi sasaran empuk gerutuhan oleh wanita itu yang ada.

Dan sekarang, saat Jimin sudah kembali sibuk dengan urusan kantor. Yoojin malah makin mati kutu. Akan mengerjakan pekerjaan rumah, jelas sudah dikerjakan oleh para asisten. Sekalinya dia memaksakan diri, yang ada malah para asiseten itu akan melapor pada suaminya. Huuuft! Serba salah sekali jadinya.

Dia sampai bosan harus melakukan apa. Tiduran di kamar sembari memainkan ponsel yang sudah disita oleh Jimin selama seminggu belakangan juga bosan sekali rasanya. Dia juga masih malas membaca koleksi buku-buku terbarunya. Lalu, Jimin sendiri yang berkata agar tidak mengantarkan makan siang. Karena, laki-laki itu akan lebih sering di lapangan belakangan ini. Bingung!

Tok... tok... tok...

Satu ketuk pintu menginterupsinya di dalam kamar tidur.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang