25 • Sesuatu Yang Cepat - New

477 71 1
                                    


Paginya, Yoojin dan Jimin belum juga membuka mata kendati sinar matahari sudah mulai menerobos masuk ke dalam kamar mereka.

Sedang di lantai bawah kebisingan di dapur sudah mulai terdengar. Yoongi adalah orang yang bangun lebih dulu. Dia tak segera membersihkan tubuhnya meliankan segera ke dapur guna mengingatkan yang akan bergabung untuk sarapan adalah Jimin dan Yoojin. Jika Yoojin bisa makan makanan instan dan bukan bahan organik. Setidaknya Yoongi tahu jika Adik Iparnya itu tidak bisa makan sembarang bahan makanan.

Lagi pula, daripada terjadi apa-apa dengan perut Jimin, kan lebih baik mencegah daripada merepotkan diri dengan merawat Jimin yang kesakitan.

Yoongi memberi tahu apa saja yang boleh dan sekiranya jagan dimasak untuk sarapan pagi ini. Untungnya bibi sudah paham dengan menantu pertama di keluarga ini. Wanita paruh baya itu segera mengubah rencana menu yang akan ia masak dengan menu lain yang bisa diterima oleh Jimin tentunya.

Setelahnya, Yoongi kembali masuk ke kamarnya karena itu masih telalu pagi untuknya beraktivitas. Dia mungkin tidak akan tidur lagi. Mungkin hanya akan menggulir layar ponselnya atau sekadar memastikan pekerjaannya sudah selesai atau belum.

Lalu di lantai atas. Jika saja getar ponsel itu tidak menginterupsi pendengaran Yoojin. Mungkin sepasang suami istri itu masih akan menikmati tidur mereka.

Itu panggilan di ponsel Jimin oleh Vincent. Dia sempat terkejut mendapati angka jam pada sudut layar ponsel suaminya ini. Sudah hampir jam delapan dan suaminya belum juga bersiap.

"Jimin-ah, bangun," seru Yoojin lirih sembari mengguncang pelan tubuh sang suami.

"Jimin-ah, bangun. Vin, menelponmu," lagi ulangnya.

Jimin tak mengindahkan. Jangankan segera membuka matanya, mengulat saja dia enggan. Lelah sekali rasanya sampai dia tak sanggup untuk segera membuka mata.

Karena Jimin yang tak juga membuka matanya. Yoojin memutuskan untuk mengangkat telpon dari Vincent.

"Iya, Vin?" Tanya Yoojin dengan suara seraknya.

"Nyonya Park?" Balik tanya Vin dari seberang sana.

"Iya. Jimin masih tidur. Ada apa?"

"Hanya memastikan, apa Presdir benar pergi ke rumah Ayah mertua, Nyonya," jawab Vincent.

"Iya. Kemarin dia sampai di rumah Ayah jam sepuluhan kira-kira. Apa dia pagi ini ada jadwal penting, Vin?"

"Untuk pagi saya pastikan tidak ada, Nyonya. Tapi untuk siang nanti ada pertemuan penting dengan Menteri Pariwisata dan Perdagangan,"

Yoojin mengangguk. Itu bukan lagi pertemuan asing yang selalu suaminya lakukan. Hal biasa mengingat Jimin dan keluarganya memang menyumbang beberapa persen pendapatannya untuk negara karena usaha pusat perbelanjaannya yang modern sehingga banyak sekali menarik minat para wisatawan asing untuk singgah ke negara ini sekaligus menghabiskan waktu mereka untuk menjelajah se-isi pusat perbelanjaan kepunyaan suaminya itu.

"Ya, Vin. Aku akan memberitahu suamiku. Tapi, sepertinya untuk pagi ini dia tidak akan pergi ke kantor. Waktunya tidak memungkinkan. Juga, nanti tolong jemput dia di bandara. Jimin akan pergi ke sana dengan pesawat saja,"

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang