Setelah selesai menyantap sarapan setengah makan siangnya. Jimin kembali bertanya beberapa kali kepada istrinya, mau kemana lagi setelahnya. Tapi Yoojin sendiri yang berkata jika semuanya sudah cukup. Wanita itu ingin pulang saja.Dan, sesampianya di rumah. Kedua asistennya itu segera menurunkan barang belanjaan dari dalam mobil Jimin yang terparkir di garasi.
Jika Jimin sudah masuk ke dalam kamar mereka karena lelaki itu sudah ingin bekemih. Maka Yoojin masih ada di dapur. Ia tengah meneguk air minum di dapur selagi para Imo-nim yang sedang membawa masuk kardus-kardus yang berisi banyak barang belanjan.
"Itu isinya hanya beberapa bumbu-bumbu dapur dan kebutuhan yang lain. Untuk buah dan sayur, sepertinya besok akan ada orang yang datang untuk mengantarnya," Yoojin berucap kepada keduanya.
"Baik, Nona Yoo. Setelah ini akan kami bereskan barang belanjaan ini," Imo menyahut. "Ah ya, Nona. Tadi, tidak lama setelah Nona dan Tuan pergi untuk berbelanja. Nyonya Besar datang. Nyonya Besar mencari anda," sambung wanita itu.
"Ibu?" Tanya Yoojin memastikan lagi.
"Iya, Nona,"
"Lalu? Apa ibu berkata sesuatu?" Yoojin jadi penasaran.
"Tidak ada, Nona. Setelah kami meberitahu Nyonya Besar. Beliau langsung pergi,"
Yoojin terdiam sejenak lantas ia mengangguk saja sebagai jawabanya. "Lanjutkan pekerjaan kalian. Aku ada di kamar. Juga, itu, kardus yang kecil. Itu isinya kebutuhan kamar mandi untuk kalian berdua," Yoojin menimpali sekaligus menunjukkan jika isi dari satu dus yang lebih kecil ukurannya dari yang lain itu, berisi kebutuhan untuk keperluan kamar mandi dari kedua asistennya.
Seketika para Imo-nim mengucap banyak terima kasih. Yoojin hanya mengangguk sebagai jawaban lantas ia segera berlalu menuju ke kamarnya.
Dan setelahnya, kedua asisten rumah tangga itu dengan antusias segera membongkar isi dus-dus yang berisi banyak sekali barang belanjaan yang beratnya memang cukup menyulitkan untuk di tenteng dengan tangan. Tapi, karena mereka tak mau jika lantai rumah majikannya jadi lecet. Jadi, mau tak mau keduanya harus bekerja sama untuk saling membantu mengangkat dus-dus belanjaan Yoojin. Tidak akan lucu jika keduanya harus kehilangan gaji bulan ini hanya karena lantai dari marmer berkilatan itu akan lecet jadinya.
Meninggalkan para Imo-nim yang tengah membongkar banyaknya hasil belanjaan majikannya. Beralih dengan Yoojin yang sedang bertanya-tanya. Kenapa ibunya sampai datang dan tidak memberitahunya lebih dulu atau segera menghubunginya setelah mendapati dirinya yang tidak ada di rumah.
"Kata Imo. Ibu tadi datang kemari," Yoojin menggumam setelah sempurna masuk ke dalam kamar dan mendapati Jimin sudah menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sedang dalam pangkuan lelaki itu ada laptop kerjanya.
"Ibu?" Yakinkan Jimin melihat ke arah istrinya. Sedang Yoojin mengangguk sebagai jawabannya.
"Tumben tidak memberitahuku lebih dulu jika akan datang kemari. Tumben juga karena tidak langsung menelponku seperti biasanya," Yoojin menimpali.
"Ya, sudah. Biarkan saja," Jimin menyahut dan segera menepuk pelan sisi ranjangnya yang kosong itu.
Yoojin mengerti namun dia harus membersihkan tubuhnya. Dia paling tidak suka jika setelah keluar rumah lantas tubuhnya dibiarkan kotor serta lengket karena keringat, misal.
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfikce❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020