Jimin berjalan gontai dengan kedua bahu yang sudah merosot. Dia menapak satu persatu anak tangga sembari melepas satu persatu kancing jasnya. Lelah? Jangan ditanya lagi. Lelah! Lelah sekali, malah.
Ia merasa tak enak kepada Ayah mertua lebih-lebih pada Yoongi. Tidak pernah pulang ke rumah ini. Tapi, pulang-pulang malah mengadukan masalah yang tengah menimpa dirinya dengan istrinya.
Saat ia telah sampai di lantai atas. Meski dia bahkan tak pernah ikut pulang ke rumah ini atau menginap selama beberapa hari lamanya. Jimin jelas tahu di mana letak kamar Yoojin. Kamar paling ujung dengan daun pintu warna coklat tua yang serat-serat kayunya terlihat dengan jelas nan apik.
Jimin memutar kenop pintu dengan pelan. Dan ia juga menutup daun pintu itu dengan pelan pula. Ia mengambil langkah pelannya. Dari berapa kali langkah yang ia ambil itu, kini sudah menampakan Yoojin yang tengah tidur meringkuk di atas ranjang.
Ia mendekati wanita itu dan bersimpuh begitu saja di atas lantai lantas maniknya melihat lekat ke arah istrinya. Wajah cantik sang istri kini berubah mejadi sembab dan terlihat lengket bekas aliran air mata. Kedua mata wanita itu juga terlihat sudah bengkak memerah.
Entah seberapa lama wanita itu menangis dan sudah seberapa banyak wanita itu menumpahkan air matanya kepada Yoongi sebelum ini. Selalu sedih rasanya jika melihat wanita yang teramat dicintainya ini ada dalam keadaan yang buruk.
Perlahan, jemarinya merangkak naik dan mengusap pelan salah sisi wajah sang istri. Dia juga maju dan mengecup lama kening Yoojin.
Mungkin karena terlalu lelah sehabis menangis. Yoojin bahkan tak bereaksi. Biasanya, wanita itu paling sensitif dengan suara-suara atau gerakan. Tapi malam ini tidak.
Setelah puas melihat wajah sang istri. Jimin putuskan untuk segera melepas sepatu juga jasnya. Dia tidak akan mandi malam ini. Tubuhnya sudah lelah bukan main. Bukan hanya tubuhnya saja sebenarnya. Kedua pundak, hati dan otaknya juga ikut kelelahan saat ini.
Jimin segera menuju ke kamar mandi setidaknya untuk membasuh wajah dan setelahnya dia akan segera ikut merebahkan dirinya di sisi sang istri. Dia sudah ingin memeluk Yoojin dengan erat. Selain rindu, dia juga sedih melihat keadaan istrinya yang belum juga membaik setelah berbulan-bulan pasca keguguran waktu lalu.
Ia naik ke atas ranjang dengan pelan. Membaringkan tubuhnya persis di belakang Yoojin dan membawa wanita itu masuk dalam dekapannya dengan erat. Jimin ciumi surai Yoojin dan sesekali juga ciumi pipi sang istri dengan lembut. Dia tak ingin mengganggu istirahat istrinya.
(PENGEN TAK GEPREK LAMA-LAMA BERDUA INI. AKU JUGA MAU JIIIIIIM 🥺💔) Jebol Capslockku 😂
********************
Rasanya baru beberapa jam Jimin memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubunya. Yoojin bergerak risau dengan deru napas yang tak beraturan. Tapi, kerana ia yang sudah kelelahan sekali. Jimin bahkan tak segera membuka matanya. Dia merasakan gerak risau dari sang istri lebih-lebih di bagian kepala. Namun kantuk dan lelah benar-benar telah menyita dirinya untuk segera terjaga.
"Jimin-ah... Jim ... hiks! ... Jim ... Jimin..."
Lamat-lamat rungu Jimin mendengar namanya diserukan oleh seseorang yang bahkan suaranya sama sekali tak asing di telinganya.
"Jim ... Jimin-ah, maaf,"
"Jiminnn,"
Seketika saja kedua mata Jimin terbuka lebar. Dia menyadari jika itu suara Yoojin. Wanita dalam dekapannya ini tengah mengigau dan terus begerak risau termasuk dengan napas yang sudah menderu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfiction❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020