Malam itu akan dikenang sebagai usaha pertama mereka. Dan, kini segalanya sudah kembali makin normal. Jimin sudah kembali ke kantornya. Dan Yoojin sudah bisa memasakkan makan siang untuk suaminya pula.
Sekarang, setiap siang atau jika Jimin punya sedikit waktu luang. Dia akan menyempatkan pulang ketimbang menunggu istriya datang ke kantornya. Semenjak hari menyedihkan itu. Jimin banyak sekali perubahannya. Sampai-sampai Yoojin merasa sedikit aneh. Tapi, bahagia juga sih, jadinya. Suaminya yang acuh itu jadi semakin perhatian kepadanya.
Kembali pada kehidupan Yoojin yang sekarang. Sudah hampir tiga hari ini dia ikut sibuk untuk mengurus acara pernikahan Namjoon dan Ailyn.
Akhirnya, kakak Jimin itu akan melepas masa lajangnya setelah melamar Ailyn di negara wanita itu beberapa tahun yang lalu. Tepatnya di Jerman, saat Namjoon masih mengabdikan dirinya sebagai serang dokter di sana juga.
Kini, hari bahagia itu akan diadakan, besok tepatnya. Karena menjadi menantu satu-atunya. Yoojin jelas banyak dimintai bantuan oleh sang ibu mertua. Bukan bantuan yang berat juga. Hanya sekadar ikut memilihkan gaun untuk para bridesmaid dan baju untuk keluarga besar. Ikut memilih hidangan yang akan disajikan. Termasuk pemberian tanda mata pada tamu undangan sekaligus.
"Bu, jangan membuat istriku banyak kelelahan, ya? Kita ini sedang berusaha memiliki anak lagi," celetuk Jimin yang pagi itu ikut mengantarkan istrinya menuju sebuah toko roti kenamaan yang sengaja dikosongkan oleh Jimin hanya agar bisa dijelajah oleh ibu dan istrinya saja selama beberapa jam ke depan.
Jangan tanya berapa harga yang harus Jimin keluarkan untuk mengosongkan pelanggan selama beberapa jam kedepan ini. Pikirkan saja, seberapa banyak digit angka yang ada dalam satu black card lelaki itu saja. Mungkin, mesin ATM tidak akan mampu menampung berapa nominal yang akan tertera di layarnya.
"Iya-iya, Jim!" Jieun menyahut setengah sewot meski tak melihat ke arah sang putra itu.
"Jangan berlebihan, Jim. Aku sudah jauh lebih baik, kok," sanggah Yoojin setelahnya. Sedang Jimin hanya embuskan napas pendeknya sejenak dan mengangguk saja.
Sekitar 20 menit Jimin ikut bersama dengan ibu dan istrinya. Dia memutuskan untuk segera pamit ke kantor karena waktu meetingnya akan segera dimulai. Sebelum benar-benar pergi. Jimin kembali sempatkan diri untuk berpesan pada Jieun temasuk pada sang istri. Dan lagi-lagi sang ibu itu menjawab dengan ketus menuju gemas.
Setelahnya, keduanya berpisah. Yoojin segera bergabung dengan ibu mertuanya. Wanita itu sedang mendengarkan penjelasan dari koki utama yang akan membuat hidangan yang akan disuguhkan saat acara pesta pernikahan Namjoon nantinya.
Dan, hampir satu setengah jam itu. Yoojin dan Jieun akhirnya selesai dengan kegiatan pilih memilih sekaligus memesannya dalam jumlah yang banyak.
"Mau ke butik sebentar, Yoo?" Tanya Jieun yang tengah membetulkan duduknya di dalam mobil.
"Ibu ingin membeli sesuatu?" Balik tanya Yoojin.
"Tidak. Ibu hanya ingin membelikanmu beberapa potong baju atau jika ada yang kau suka saat di butik nanti, kau bisa mengambilnya, Nak,"
Yoojin mengulas senyumnya sekilas. "Dalam rangka apa ini, Ibu?" Yoojin penasaran jadinya.
"Tidak dalam rangka apa-apa juga, Yoo. Ibu hanya ingin membelikan menantu ibu sesuatu saja. Tidak mau, ya?" Jieun bertanya dengan nada super santainya bak tengah berbicara dengan temannya saja. Yoojin itu menantunya dan Jieun itu adalah istri dari konglongmerat. Tapi, kenapa dia bisa sesantai ini dalam banyak hal.
Jieun bisa saja pergi ke sebuah pusat perbelanjaan hanya dengan memakai sandal teplek sebagi alas kakinya untuk membeli sesuatu. Atau, wanita itu bisa keluar rumah hanya dengan home dress saja untuk datang ke kantor suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfiction❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020