37 • Menantu kesayangan lainnya

449 75 1
                                    


Seminggu yang dijanjikan oleh Jimin mengenai liburan selama beberapa bulan itu benar-benar harus diundur dan tebakan Yoojin benar terwujud.

Suaminya itu harus menyelesaikan salah satu dari ke empat proyek yang tengah ia tangani yang hampir saja usai. Jimin bahkan harus meningalkan Yoojin selama tiga hari di luar kota karena akan terlalu banyak memakan waktu jika ia memutusan untuk pergi-pulang dari Ibu Kota menuju tempat tujuan proyeknya di setiap harinya.

Rindu? Jangan ditanya lagi. Jika itu soal Yoojin, bagian mana yang tak dirindukan oleh Jimin. Tiga hari saja rasanya bak berbulan-bulan bagi dirinya. Bukan apa-apa, jam pulang kerjanya selalu saja larut malam. Ketika ia akan menghubungi Yoojin. Dia jadi berpikir dua bahkan tiga kali. Ia hanya tak ingin menganggu istirahat istrinya saja. Jadi, rasanya komunikasi dengan istrinya itu terasa kurang.

Lalu Yoojin sendiri. Selama Jimin pergi keluar kota. Dirinya juga disibukkan dengan beberapa acara dengan perkumpulan ibu-ibu sosialita sekaligus dengan Jieun tentunya. Dia juga sibuk datang ke acara bazar dan amal dalam organisasi yang ia ikuti.

Seperti sore ini. Ia akan datang ke acara amal untuk organisasi bayi di bawah tiga tahun yang kurang mampu dan hidup di panti asuhan.

Yoojin sudah bersiap sedari tadi mengingat acaranya akan panjang sekali. Dia memakai dress andalannya yang terlihat rapi dan sopan. Tak lupa dengan sebuah clutch dan stiletto dengan warna yang senada yakni hitam.

Ia pergi dengan sebuah taksi yang ia pesan. Yoojin bisa saja membawa mobilnya sendiri. Tapi, dia malas saja hari ini.

Sesampainya di sana, dia bertemu dengan banyak sekali kenalannya dalam satu asosiasi tersebut, termasuk dengan Jieun dan Ailyn.

Itu adalah acara pertama yang Yoojin tahu, yang tengah diikuti oleh kakak Iparnya ini. Wanita itu terlihat anggun dengan balutan pakaian hamil dan sebuah blazer hangat yang membungkus tubuhnya.

"Eonni, apa ibu yang mengajakmu?" Tanya Yoojin saat itu. Sedang Ibu Mertuanya tengah menyapa ibu-ibu sosialita yang lainnya.

"Tidak, Yoo. Aku sendiri yang memaksa ikut," jawabi Ailyn dengan napas yang sedikit terengah mengingat kandungannya sudah menginjak di bulan ke delapan saat ini.

"Eonni! Kenapa kau memaksakan diri? Kau itu sedang hamil,"

Belum sempat Ailyn menjawab pertanyaannya. Ibu Mertuanya sudah ikut bergabung dengannya.

"Aku sudah melarangnya, Yoo. Tapi, Ailyn sendiri yang memaksa ikut," gumam Jieun setelahnya.

Yoojin hanya mengulas senyum simpulnya sekilas. "Sepertinya bukan ide yang buruk, Bu. Lagi pula, Eonni pasti akan jenuh jika banyak berdiam diri di rumah saja,"

Jieun mengangguk dan segera meminta kedua menantunya itu untuk duduk. Mereka duduk di sebuah bangku panjang tanpa badan dengan kaki yang sedikti rendah. Ala-ala bangku taman, hanya saja tanpa badan. Jieun sendiri, dia ada di tengah-tengah dari kedua menantunya sata itu.

Tak lama setah semua tamu undangan hadir. Acara dimulai. Banyak sekali rentetan acara yang akan dilakukan, di waktu sore ini. Termasuk membahas rencana kedepannya untuk organisasi  ini akan bagaimana.

Selagi para pembicara tengah memberikan sambutan-sambutan dan yang lainnya. Jieun banyak mengajak bicara Ailyn sembari mengenalkan siapa saja mereka. Sedang Yoojin, dia hanya banyak diam dan sesekali melirik ke arah mertua dan kakak Iparnya. Jika boleh berburuk sangka. Dia seperti tengah diabaikan. Tapi, tak mau berpikir panjang, juga. Hal itu jelas saja terjadi karena ini jelas kegiatan pertama yang diikuti oleh Ailyn.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang