16 • Janji

459 78 0
                                    

Yoojin dan Jimin sudah ada di sebuah kamar yang di dalamnya ada beberapa keluarga Ailyn. Sedang sang calon pengantin, Ailyn. Wanita itu masih duduk di kursi depan meja rias. Dia sudah selesai dirias hanya tinggal memakaikan tudung di kepalanya saja.

"Hai, Yoojin. Hallo Jimin," sapa Ailyn lebih dulu.

"Waaaah... lihatlah pengantin kita hari ini. Begitu cantik sekali," seketika puji Yoojin sedang Jimin hanya melihati sedikit di belakang istrinya. Dia dapat melihat pantulan wajah dua wanita itu dari cermin rias. Tapi tetap, juaranya tetap Yoojin yang paling cantik di mata Jimin. Tak peduli siapa pengantinnya hari ini dan tak peduli siapa yang paling cantik. Yoojin tetap pemenang atas hati Park Jimin.

"Kau juga sangat cantik, Yoo," balik puji Ailyn. Setelahnya, wanita itu memanggil kedua orangtuanya dan keluarga yang lain segera berkumpul guna menyambut kedatangan Yoojin dan Jimin.

Yoojin tidak menyangka saja jika keluarga Ailyn akan seramah ini kepada dirinya dan suaminya. Mereka bersalaman satu persatu termasuk saling memperkenalkan diri pada satu sama lain.

Ada sedikit perbincangan di sana tapi tak lama sebab Ailyn harus segera keluar dari kamar dan beralih ke ruang tunggu pengantin wanita. Karena tamu sudah mulai berdatangan di lobi.

Yoojin membantu Ailyn untuk keluar dari kamarnya. Satu tangannya digandeng Yoojin dan satunya lagi digandeng oleh ibu Ailyn. Sedang yang lainnya mengekor di belakang termasuk Jimin.

Satu ruang tunggu pengantin yang didesain dengan sederhana namun begitu apik sekali terlihatnya. Ailyn duduk di kursi kebesarannya dengan anggun pun dengan ulasan senyum yang tak mau luntur.

Setelahnya. Semua keluarga berfoto ria sebelum acara pemberkatan itu dimulai. Termasuk dengan Yoojin dan Jimin.

Saat giliran Yoojin yang meminta foto sendiri pada Ailyn. Ada satu hal yang sebenarnya terus mengusik perhatiannya. Tapi, dia tak mau gegabah dalam menyipulkan. Sayangnya, tidak bisa. Hatinya terlalu yakin sedang pikirannya mendadak menjadi gundah.

"Eonni ..." seru Yoojin tak tuntas.

"Ya, Yoo. Kenapa?" Penasaran Ailyn.

"Kau hamil, ya?" Balik tanya Yoojin dengan berat hati.

Tanpa disangka reaksi Ailyn malah sebuah ulasan senyum simpulnya. Satu jawaban tanpa suara yang seketika menusuk hati Yoojin.

Bukan apa-apa. Itu juga bukan masalah sebenarnya. Tapi, ada satu dari sudut hatinya yang mendadak sakit. Seketika wajah Ailyn pias dan jari jemarinya menjadi dingin, napasnya serasa tersendat di rongga dadanya pun salivanya yang mendadak beku dalam seketika. Karena tak mau terlihat sedih, Yoojin akhirnya ulas juga senyumnya. Dia seolah ikut bersuka cita atas kabar baik itu kendati hatinya ... sakit.

"Jangan beritahu siapaun, Yoo. Namjoon akan membuat pengumuman saat pesta nanti malam,"

"Ya?" Terkejut Yoojin dengan ucapan Ailyn yang setengah berbisik di depan perungunya.

Ailyn bingung dengan rekasi adik iparnya ini. "Kenapa, Yoo?"

"Tidak, Eonni," buru-buru Yoojin menjawab sembari menggeleng kepala dengan cepat. Dia meraih jari jemari Ailyn yang masih saja terasa dingin. Entah kini jari siapa yang paling dingin rasanya. "Aku hanya terkejut saja jika kau dan Namjoon oppa memiliki rencana seperti ini. Pasti semua keluarga akan bahagia mendengar kabar ini sekaligus, bukan?" Sambung Yoojin setelahnya.

Belum sempat Ailyn menjawab. Jimin masuk dan meminta agar Yoojin keluar bersama dengannya. MPara tamu undangan sudah hadir.

"Eonni, aku harus keluar. Jangan gugup, ya. Keluarga besar kita sangat ramah, mereka cukup friendly. Okay?" Ujar Yoojin dan Ailyn mengangguk setuju. Setelahnya, dengan digandengan oleh Jimin. Yoojin keluar dari ruang tunggu pengantin.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang