"Tadi belanja apa?" Tanya Jimin yang tengah melepas jasnya dan menggantungnya di tempat biasanya, sedang Yoojin tengah bersandar di pinggiran meja kerja Jimin dengan manik yang menerawang jauh pada pemandangan indah pusat kota dari balik kaca besar di ruang kerja suaminya ini.
"Hanya sepatu saja," jawabi Yoojin dengan ulasan senyum tipis.
"Kenapa hanya sepatu, Yoo? Kau bisa membeli semua yang ada di butik jika kau mau," timpal Jimin menarik lembut tubuh istrinya, lantas mendudukkan wanitanya itu di atas pangkuannya. (HMMM... BAU DUITTTT 💸💸💸)
Keduanya kini tengah menghadap pada kaca besar yang menampilkan hiruk pikuk kota di bawah sana.
"Iya, aku tahu," Jeda Yoojin selagi ia mengembuskan napas pendeknya dengan cepat. "Itu saja, jika bukan ibu yang memilihkan, mungkin aku tidak akan membawa barang belanjaan pulang,"
"Ibu membelikanmu sepatu?" Heran Jimin.
Wanita itu mengagguk dan menjawan "Iya."
"Dalam rangka apa? Tumben?"
Yoojin memutar sedikit tubuhnya guna mencari wajah sang suami. Dia tak berani banyak bergerak, karena dia tahu apa yang tengah ia duduki saat ini. Setidaknya dia paham bagaimana reaksi tubuh Jimin ketika sudah terpancing dalam keadaan tertentu. Seperti saat ini salah satunya. Bokong Yoojin yang menindih sempurna Jimin Junior. Serba salah jadinnya. Duduk di pangkuan Jimin itu nyaman sekali. Tapi, yang ada di bawah sana ... sudahlah!
"Katanya untuk acara pernikahan Namjoon oppa. Ibu juga sudah memintaku untuk memilih pakaian keluaran terbaru di butik. Tapi, aku kurang suka dan aku memang belum ingin membeli baju lagi,"
Jimin tersenyum dengan penuturan sang istri. Jimin itu amat sangat beruntung menikahi Yoojin. "Sudah cantik, pintar mengurus rumah, pintar mengurus suami, tidak boros lagi," gumam Jimin memuji Yoojin sembari menyelipkan beberapa helai surai hitam Yoo di balik telinga.
Yoojin sontak tersenyum setengah malu karenanya. Bahagia mana lagi yang akan ia elak. Tidak ada, yang jelas.
"Ada lagi sebenarnya," sambung Jimin sedang Yoojin jelas berkerut kening. "Apa?" penasarannya
"Kau itu pintar sekali mendesah, sayang!" seketika itu juga Yoojin membeku tak percaya selagi Jimin terkikik melihati ekspresi sang istri. Lucu dan menggemaskan
"Tidak kotor begitu isi kepalamu tidak bisa ya, Jim?! Ingin kupenggal saja kepalamu ini!" Yoojin menggerutu sembari memberi jarak dengan wajah Jimin.
"Jangan banyak begerak, Yoo," protes Jimin terjeda. "Nanti dia bangun. Tanggung jawab ya, kalau dia terbangun," goda Jimin sekaligus memperingatkan ketika dia merasakan ada pergerakan lembut dari benda kenyal nan sintal milik sang istri di atas aset berharganya yang satu itu.
"Tahu begini aku pulang saja!" Seketika Jimin memeluk tubuh sang istri sembari tertawa terbahak karena reaksi Yoojin.
"Lalu apa lagi, tadi?"
Yoojin tak langsung menjawab. Dia kembali membetulkan posisi duduknya di atas pangkuan Jimin. Dia makin beringsut dengan nyaman bahkan sengaja membawa tangan suaminya itu untuk mendekapnya di bagian perut. Maka, Jimin meresponnya dengan mengusap lembut perut rata sang istri.
"Tidak ada lagi, sih. Di toko kue tadi juga lancar-lancar saja. Ibu sudah setuju dengan hidangan kue yang akan disajikan untuk acara Namjoon oppa,"
"Jangan terlalu lelah, ya?" Yoojin mengangguk sebagai jawabannya. "Ibu tidak membicarakan yang aneh-aneh 'kan, Yoo?" Sambung Jimin.
"Jangan khawatir, Jim. Ibu juga tidak membicarakan yang aneh-aneh, kok," kini ganti Jimin yang mengangguk. "Tapi, tadi sempat bertanya. Apa aku masih saja bersedih soal keguguran waktu itu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
What I Said [M]
Fanfiction❗UNFINISH❗ MARRIAGE LIFE 📍 Park Jimin itu pria apatis, sedang Ahn Yoojin itu wanita frontal. Lalu mereka disatukan 🚀 ~ Bukan cerita yang berat. Yang ringan-ringan aja, banyak ngelawaknya dan masih belum tahu benang merahnya 😪 ⓒ Sall - Des 2020