41 • Stockholm

542 82 23
                                    


Stockholm, Venice of the North-Swedia.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir sepuluh jam itu. Akhirnya keduanya sampai juga di sana.

Karena perbedaan waktu antara Korea Selatan dan Swedia cukup jauh. Keduanya tiba di Swedia pada pukul delapan pagi di hari yang sama dengan keberangkatan dari Korea Selatan.

Yoojin, jangan ditanya lagi bagaimana lelahnya. Lelah sekali. Entah ini efek dari perjalanan udara yang panjang atau karena efek tengah hamil. Yang jelas, punggungnya sudah terasa tidak nyaman sekali. Lebih-lebih kedua matanya, sudah memberat dan memerah.

Dan Jimin, mulanya ia yang sudah sedikit perhatian pada istrinya setelah tahu kalau Yoojin keguguran waktu lalu, kali ini ia semakin perhatian saja. Agaknya gelar Apatis pada lai-laki Park itu harus segera dihilangkan. Bagaimana tidak, saat ia telah selesai dengan urusan bandara termasuk dengan sewa menyewa mobil. Dia dan istrinya ini tengah menunggu mobil itu datang. Saat tengah menuggu, lelaki itu terus memeluk pinggul Yoojin bahkan meminta Yoojin untuk menyandarkan diri pada tubuhnya.

"Lelah sekali ya, sayang?" Lirih Jimin dan Yoojin hanya mengangguk samar dengan tatapan kosong kedepan. "Sebentar, ya?" sambungnya dan sekali lagi Yoojin mengangguk sebagai jawaban.

Pegal membelakangi dan menyandarkan tubuhnya pada suaminya. Yoojin beralih memeluk suaminya. Dia sembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jimin dengan embusan napas lelah yang berkali-kali mengudara.

Semenjak hamil tanpa sepengetahuannya ini, Yoojin memang menunjukkan tingkah yang sedikit berbeda. Meski ia masih suka menggerutu. Namun, bermanja-manja dengan Jimin adalah bagian wajib dalam hari-harinya. Entah kenapa, jika ia tak bermanja-manja pada Jimin, rasa hatinya itu mendak sedih bukan main.

Sedang Jimin. Awalnya ia jelas kaget dengan perubahan tingkah istrinya sebelum ia tahu jika wanita dalam pelukannya ini tengah hamil lagi. Biasanya yang selalu bermanja-manja pada Yoojin adalah dirinya. Entah itu karena efek hamil atau bukan, ia tak keberatan sama sekali. Jimin sama sekali tak keberatan dengan perubahan sikap istrinya ini.

Hampir 15 belas menit lamanya mereka menunggu mobil datang. Setelah kendaraan besi itu benar-benar berhenti di hadapan mereka. Jimin meminta agar Yoojin segera masuk ke dalam mobil. Soal koper, Jimin dibantu oleh sopir yang mengantarkan mobilnya ini. Tak lupa beberapa lembar uang, Jimin berikan untuk tip pada Si pengemudi mobil tadi.

Setelahnya, Jimin segera melesak membawa mobil dan istrinya ini menuju ke tempat istirahat yang sudah ia booking jauh-jauh hari.

Dan soal jalanan di Stockholm ini. Jimin bahkan dengan sengaja mempelajarinya dari salah seorang kenalan. Bagaimana cara mengemudi mobil di sini. Bagaimana dengan lalu lintasnya? Sesulit apa ruas jalan yang ada? Termasuk soal rabu-rambu lalu lintas sekalipun ia pelajari.

Bukan apa-apa. Ini adalah bagian dari rasa sayangnya pada Yoojin. Dia benar-benar ingin membuat Yoojin merasa aman dan nyaman saat sedang berlibur seperti sekarang ini.

Dengan mengandalkan petunjuk dari aplikasi maps. Jimin memacu kendaraanya dengan kecepatan sedang. Sedang Yoojin, saat ia sudah bisa duduk dengan nyaman. Ia segera memasang sabuk pengamannya dan segera tidur. Ia sudah tidak tahan lagi. Sungguh, tubuhnya begitu lelah dan sudah mengantuk bukan main.

Perjalanan dari bandara menuju homestay memakan waktu hampir satu jam lamanya mengingat homestay yang ia sewa ada di pusat kota dan dekat dengan beberapa tempat tujuan wisata.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang