33 • Tetaplah jadi baik

406 73 1
                                    


"Ayo dipercepat sedikit, Jim. Kasihan yang lain, yang akan berbelanja juga," Yoojin menggumam selagi dirinya dan suaminya masih berjalan di lorong yang sama.

"Biarkan saja, Yoo. Bukankah lebih baik jika hanya ada sedikit pengunjung saat kita berbelanja sekarang?"

"Bukan begitu, Jim. Kasihan yang lain. Lagi pula ini sudah cukup. Nanti kalau kurang, kita belanja lagi, huh?" Yoojin kembali menawar.

Butuh sekitar tiga detik lamanya bagi Jimin untuk mengiyakan. Tapi, "Bagaimana dengan stok sayur, buah dan daging-dagingan?" Tanya Jimin setelahnya.

"Jangan mengulur-ulur waktu. Bukannya kau sendiri yang memesankan semua kebutuhan sayur, buah dan daging pada suplier premium-mu itu?" Malah balik tanya Yoojin dan Jimin hanya bisa terkikik lirih.

Memang. Selama ini memang ada toko khusus yang bekerja sama dengannya untuk suplai bahan makanan organik seperti sayur-mayur, buah-buahan, telur, daging dan bahan makanan laut dengan kulaitas premium. Beberapa pegawai dari suplier itu, biasanya akan datang langsung ke rumahnya, mengantarkan beberapa bahan makanan yang telah dipesan oleh Yoojin atau kadang Jimin melalui aplikasi bawaan perusahaan kolega.

Sebenarnya bukan masalah bagi Yoojin makan sayur mayur atau buah-buahan dari supermarket ini. Tapi, Jimin. Mana bisa lelaki itu makan bahan makanan yang sembarangan. Bisa-bisa lambungnya menangis dan ususnya tantrum.

Setelah berjalan menuntaskan lorong terakhir itu. Keduanya sudah mengantre di bagian kasir yang kebetulan kosong.

"Kenapa hanya habis sebanyak ini, Yoo?" Heran Jimin setelah selesai melakukan pembayaran dan melihat jumlah akhir dari panjangnya struk belanja yang ia bawa.

"Hanya? Maksudmu hanya?" Malah balik tanya Yoojin.

Ada hening sejenak.

"Memangnya habis berapa sih, Jim?" Sekali lago tanya Yoojin, kepalang penasaran.

"Tidak sampai mengahbiskan isi kartuku, memang. Tapi kenapa hanya sedikit?"

Belum juga Yoojin menjawabi. Keduanya tengah dihampiri oleh Hoseok lagi. Lelaki itu sendiri yang membantu mengepak satu troli penuh belanjaan Jimin dan Yoojin ke dalam beberapa kardus besar. Termasuk Hoseok sendiri dan dibantu oleh beberapa pegawai yang lain untuk memasukkan barang belanjaan mereka ke dalam bagasi mobil selagi Jimin dan Yoojin sudah duduk di kursi masing-masing.

"Hoseok-ah, terima kasih," ujar Jimin dengan nada bicara yang terdengar tenang sekali. Itu seperti bukan Jimin yang sebenarnya bucin setengah mati pada Yoojin sampai dia bisa mengulas senyum dengan sempurna atau sampai tertawa tebahak, sampai kedua matanya membentuk satu garis tipis. "Oh, iya. Mungkin setelah ini akan ada sedikit hadiah dariku. Nanti, biar di antarkan langsung oleh Asistenku," sambung Jimin.

Seketika saja otak Hoseok menera-nerka. Hadiah? Hadiah apa? Dalam rangka apa dirinya diberi sebuah hadiah langsung oleh pemilik supermarket ini?

Astaga! Hoseok hampir saja lupa satu hal!

Rumornya, Jimin itu memang apatis dan dia itu acuh. Lantas, Jimin itu suka sekali memberi sedikit hadiah pada para pekerjanya jika ada satu pekerjaan yang tidak benar. Biasanya, hadiah paling kecil itu surat peringatan dan yang paling fantastis adalah surat pemecatan.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang