30 • Aku Cinta dan Aku Marah

476 76 2
                                    

Guna mengalihkan perhatiannya pada pesan-pesannya yang tak juga dibalas oleh Jimin. Yoojin lebih memilih untuk berkutat di dapur. Dia akan menyiapkan makan malam suaminya dibantu oleh kedua asistennya. Dia segera meramu bahan-bahan masakan itu kendati isi otaknya terus berkeliaran. Kenapa? Kenapa? Ada apa???

Tapi, bahkan sudah satu jam lamanya Yoojin berkutat di dapur. Suaminya itu belum juga pulang. Karena tak tahan. Yoojin bergegas meraih ponselnya yang ia letakkan masih di ruang keluarga. Bersamaan dengan itu pesan dari Jimin hirnya masuk juga.

Seketika saja kedua bahu Yoojin merosot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika saja kedua bahu Yoojin merosot. Wajahnya mendadak menjadi sendu. Ada apa dengan suaminya ini? Dia bahkan tak mengerti apa yang sebenarnya tengah Jimin rasakan saat ini. Tapi kenapa sikap suaminya itu seperti acuh dan marah sekali kepadanya.

Yoojin tak berniat membalas pesan Jimin atau sekadar mengajukan protes soal pesan yang baru saja dibalas oleh suaminya. Ia kembali letakkan ponselnya di atas sofa begitu saja lantas segera berlalu menuju ke arah meja makan.

Di atas meja itu sudah berjajar banyak sekali menu makanan. Dari menu utama, menu pendamping, sayuran, dan ia juga sudah menyiapkan buah melon yang ia iris dengan ukuran sekali gigit. Tapi, suaminya malah membalas pesannya dengan seperti itu.

Wanita itu sudah duduk di kursi yang biasa ia gunakan saat jam-jam makan dengan sang suami tiba. Mataya menyorot kosong pada jajaran piring dan mangkuk yang berisi hasil kerja kerasnya selama satu jam lamanya, kendati dia dibantu oleh kedua asistennya memang.

Sedih sekali rasanya. Ada apa dengan suaminya? Apa karena sikapnya yang selalu membantah setiap ucapan Jimin itu, yang akhirnya malah membuat lelaki itu jadi marah? Apa karena ia yang memaksa Jimin untuk pergi ke pertemuan sedang dia harus tinggal di rumah Ayahnya tadi sang itu? Atau karena Yoongi dan keluarganya?

Ia terduduk dengan pikiran yang menerawang jauh kesana kemari selama berjam-jam lamanya. Dari masakan masih mengepul asapnya sampai sudah dingin.

Sampai ia sendiri yang meminta pada kedua asistennya itu untuk pergi tidur sedang dia masih saja duduk termenung persis di depan meja makan.

Ingin sekali menangis tapi ia masih belum tahu bagaimana memulai tangisnya. Dia sedih sekali karena Jimin. Tapi, dia juga belum tahu apa penyebab suaminya yang tiba-tiba menjadi sedingin ini.

Saat waktu sudah menunjuk pada angka 11 malam jarum jam. Lamat-lamat rungu Yoojin mendengar deru mesin mobil. Sayangnya, perasaannya sudah terlanjur kacau. Dia tak juga bangkit dari duduknya untuk menyambut Jimin.

Bahkan ketika gemelatuk alas kaki itu meramaikan rumahnya yang sunyi ini. Dia masih saja terduduk di tempatnya. Tapi, entah kenapa. Perlahan air matanya malah berjatuhan. Tetes demi tetes itu perlahan membanjiri wajahnya.

Sedang Jimin sendiri. Maniknya sepenuhnya menangkap keberadaan sang istri. Wanita itu tengah duduk di kursi kebesarannya dengan tatap kosong.

"Sudah kukatkan. Aku pulang malam dan jangan memasak. Aku ada jamuan makan malam!" Gumam Jimin begitu saja.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang