20 • Jangan Mendebat Suamimu!

588 84 5
                                    

Kepergian Yoojin dan Jimin yang tiba-tiba tanpa berpamitan itu jelas mengundang banyak tanya. Lebih-lebih bagi Jieun dan Hyeong Min. Sedang Namjoon sendiri, lelaki itu hanya mengira mungkin karena keduanya sudah lelah sehingga memutuskan untuk pulang lebih dulu tanpa menunggu acara selesai dan berpamitan.

Di dalam kamar hotel ketika waktu sudah menunjuk pada pukul hampir setengah satu malam. Jieun terus menghubungi ponsel Jimin maupun Yoojin. Sayangnya tak ada satupun dari keduanya yang mengangkat.

Jieun juga berinisiatif untuk datang ke kamar yang sengaja ia pesankan untuk anak dan menantunya. Sayangnya saat dia masuk ke dalam, hanya ada mantel bulu milik Yoojin beserta tas kecil milik wanita itu.

Ia beranikan diri untuk melongok isi dalamnya. Ada beberapa peralatan make up Yoojin dan ponselnya yang tertinggal.

Kemana perginya anak dan menantunya ini. Tidak biasanya Yoojin hanya diam saja jika memtuskan pulang lebih dulu jika sedang ada acara.

Jieun membecik singkat lantas membawa mantel dan tas kecil Yoojin. "Sudah datang terlambat! Pulang tidak pamitan! Kenapa sih, dengan mereka berdua itu?" Ia menggerutu saat sudah kembali masuk ke dalam kamar hotel yang akan ia gunakan untuk beristirahat dengan sang suami malam ini.

"Kenapa, Eun?" Sahuti Hyeong Min.

"Anakmu itu! Ini ditelpon dari tadi tidak ada yang mengangkatnya!" Jawabnya terjeda, tangan Jieun masih sibuk menekan-nekan layar ponselnya. Sekali lagi dia akan menghubungi Jimin. "Yoojin itu juga kenapa, ya? Tidak biasanya dia akan menghilang begitu saja tanpa berpamitan!" Sambungnya masih saja dongkol.

Tuan Park malah terbahak melihat istrinya yang banyak menggerutu seperti saat ini. "Mereka pasti sedang ada urusan lainnya, Eun,"

"Maksudmu?"

"Ikut malam pertama seperti Namjoon, mungkin?"

Jieun segera mematikan sambungan telponnya. Bagaimana bisa ia melupakan hal itu. Ia menepuk keningnya sendiri dengan talapak tangannya. "Dasar bodoh! Iya, ya! Bagaimana bisa aku melupakannya?" Ujarnya sembari meletakkan ponselnya di atas nakas.

Maka, kedua orang tua itu hanya tertawa bersama karena satu hal yang hampir saja mereka lupakan.

Sedang, di kediaman Jimin sendiri. Bahkan sampai waktu sudah menunjuk pada angka 12 malam jarum jam. Jimin belum juga merasakan kantuknya. Dia terus ada di sisi Yoojin dengan diam dan sabarnya. Berkali-kali ia mengecek suhu tubuh Yoojin. Untungnya, suhu tubuhnya tidak panas. Wanita itu masih mengenakan masker oksigennya kendati napasnya sudah jauh lebih baik lagi setiap helaan dan embusannya.

Tadinya, dia mendapat instruksi agar masker oksigennya di lepas ketika pukul satu tengah malam sedang untuk infusnya itu akan bisa bertahan sampai besok pagi saat ada tim dokter dan perawat yang akan datang untuk memeriksa keadaan Yoojin.

Lalu mengenai panggilan telpon dari Jieun yang entah sudah berapa kali banyaknya itu. Jimin sendiri bahkan lupa meletakkan ponselnya tapi dia ingat jika tas dan mantel bulu Yoojin serta mobilnya masih tertinggal di hotel. Besok saja dia akan meminta pada Vincent agar diperintahkan orang-orangnya untuk mengambil mobil serta barang-barang Yoojin di hotel.

Karena suasana yang teramat hening itu. Kantuk mulai menyambangi Jimin. Tapi ia lawan sendiri kantuknya dengan segala cara. Dari berjalan mengelilingi kamarnya sendiri. Ia juga sempat membasuh wajahnya dengan air dingin termasuk melakukan peregangan singkat selagi menunggu pukul satu tengah malam itu tiba.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang