38 • Istri Durhaka!

465 80 2
                                    


Kendaraan besi itu sudah mulai meninggalkan panti asuhan sejak tiga menit yang lalu.

"Kenapa tidak minta diantarakan Vin saja, Jim. Kau pasti lelah setelah perjalanan panjang, huh?" Yoojin bertanya sembari merapikan rambut sumainya yang sudah mulai berantakan tatanannya.

"Dia juga lelah, Yoo. Lagi pula, aku memang segaja ingin menjemputmu," jawab Jimin, melirik ke arah Yoojin sekilas.

Yoojin tak lagi menjawabi mengenai itu. Dia hanya mengangguk kepala sembari mengembuskan napas pendenknya dengan pelan.

"Bagaimana tiga hari di sana? Apa semuanya aman?" Sambung tanya Yoojin.

"Aman-aman saja, sih. But, I really miss you, Babe," jawabi lelaki itu lantas meraih jemari istrinya dan mengecupnya dengan hangat nan lama di sana. Sedang satu tangannya tengah betengger pada kemudi mobil.

Yoojin tersenyum dan dia balas menarik jemari Jimin untuk ia ciumi juga. Sama saja, dia juga sama-sama rindunya. Apalagi selama tiga hari itu, komunikasi di antara keduanya sangat-sangat jarang dilakukan.

"Vin, sudah mengosongkan semua jadwalku selama dua bulan ke depan dan dia juga sudah mengurus visa dan lain-lainnya untuk kita. Termasuk jet pribadi juga,"

Belum tuntas Jimin berucap. Yoojin menyelanya. "Jadi, kita akan liburan, Jim?" Begitulah tanyanya dengan semangat sekali.

Jimin tersenyum simpul dan kembali membawa jemari itu dalam genggamanya tapi tanpa mengecupnya. Dia hanya mengusapnya lembut persis di atas pahanya.

"Iya, Sayang," jawabnya tejeda. "Lusa, kita akan pergi liburan," sambungnya lagi.

"Tapi, Jim. Jika pekerjaanmu memang belum selesai, kita bisa menundanya. Sungguh," Yoojin menyanggah.

Jimin melepas tautan jemarinya lantas mengusap pucuk kepala Yoojin dengan lembut. "Tidak, Yoo. Kalau ditunda terus-terusan. Kita pasti tidak akan bisa pergi liburan. Pekerjaanku itu selalu banyak. Jadi, selagi aku berkata bisa, itu sudah pasti akan bisa,"

Yoojin tak menjawab. Lantas dia mengulas senyum simpulnya saja. Dia sudah mulai membayangkan bagaimana indahnya Eropa termasuk kota-kotanya.

"Oh, iya. Bagaimana acaranya tadi?" Kini ganti Jimin yang bertanya. Karena bertepatan dengan lampu merah. Mobil itu berhenti dan Jimin sempatkan untuk menangkup wajah istrinya lantas mengecupnya persis di bagian bibir, termasuk memberi lumatan kecil di sana. "Aku benar-benar merindukanmu, Yoo," sambung ucapnya setelah itu.

Yoojin tersenyum lagi. "Aku juga, Jim," sahutnya masih dengan seulas senyum indahnya.

Setelahnya, Jimin melepas tangkupannya dan kembali menjalankan mobilnya karena lampu merah di daerah itu tak lama, memang.

"Acara hari ini, lancar sekali. Tadi, ada Eonni juga,"

"Benarkah? Tapi, dia dimana? Aku juga tidak melihat Ibu?"

Yoojin mengangguk. "Eonni pulang saat acara masih berlangung. Katanya, punggungnya sudah terasa tidak nyaman. Dan Ibu pulang setelah acara selesai. Katanya masih ada keperluan lain. Jadinya, ibu tidak ikut acara jamuan makan malam," wanita itu menjelasan panjang lebar.

"Kenapa Ailyn ikut datang? Apa ibu yang mengajaknya?" Masih Jimin yang bertanya.

"Katanya sih, tidak. Eonni sendiri yang meminta ikut,"

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang