28 • Butuh Yoojin

482 73 5
                                    

"Oppa, jangan beritahu Ayah ya," gumam Yoojin sembari menikmati es krim coklatnya bersama dengan Yoongi.

"Yang mana yang jangan diberitahukan kepada Ayah? Yang tadi pagi itu--"

"Yoongi!!! Kupukul kepalamu ya, lama-lama!" Yoojin menyela setengah bersungut.

Yoongi jelas tekekeh. Karena nyatanya menjahili Yoojin adalah hal yang paling mengasyikkan.

"Aku masih waras, Yoo. Bagaimana bisa aku memberitahu Ayah soal itu. Jangan dipikrikan, cukup aku saja yang tahu," timpal Yoongi setelahnya.

Berbeda dengan sepasang kakak dan adik yang tengah asik menikmati kudapan es krim coklat. Di Seoul, pesawat yang ditumpangi Jimin baru saja mendarat.

Dia sudah berubah bak seorang artis papan atas saat ini. Ia mengenakan masker hitam dan kaca mata hitam pula. Dan, beruntungnya Vincent sudah siap di area penjemputan. Mungkin ada orang yang mengenalinya. Tapi tak ada satupun yang mendekat

Sebenarnya aman saja bagi Jimin untuk kemana saja asal tak ada mata media dan paparazi. Karena jika sampai ada dua sosok itu. Hmmm... rasanya Jimin ingin membangun sebuah terowongan bawah tanah yang dikhususkan untuk dirinya saja.

"Persiapan bagaimana, Vin?" Tanya Jimin dari balik kursi menumpang sedang Vincent tengah duduk di balik kursi penumpang depan di sisi sopir.

Jimin melepas masker dan kaca mata yang sudah membungkus wajahnya lantas meletakkannya begitu saja di sisi kursi yang kosong.

"Semuanya aman, Presdir. Di kantor pekerjaan sudah ditangani dengan baik. Di lapangan juga sama. Dan, untuk persiapan pertemuan dengan para Menteri juga sudah siap," jawabi Vincent dengan begitu kompetennya.

"Antar aku ke rumah lebih dulu. Aku harus mengganti pakianku,"

"Tentu, Presdir,"

Maka, kendaraan besi itu segera melaju menuju ke rumah Jimin lebih dulu. Lelaki itu memang harus mengganti pakaiannya dengan setelan yang lebih baik lagi, termasuk harus mengenakan dasinya ... sendiri.

Huuuft!

Belum saja sudah rindu dengan Yoojin. Biasanya, yang memilihkan setelan kerja, memakaikan dasi bahkan membantu menata rambut adalah bagian istrinya. Tapi dia sadar. Istrinya itu memang harus tinggal sedikit lebih lama di rumah ayahnya. Selain karena kakak dari istrinya itu ingin berbicara. Mungkin dengan adanya Yoojin di sana, kondisi emosi wanita itu akan sedikit membaik nantinya.

Soal pembicaraan antara kakak dan adik di Daegu sana. Diam-diam Jimin penasaran. Kira-kira apa yang akan dibicarakan oleh lelaki berkulit pucat yang selalu mendapat julukan sebagai kulkas empat pintu dari adiknya sendiri, itu.

Apa Yoojin akan baik-baik saja? Apa yang tengah dibahas oleh Yoongi itu akan memberatkan Yoojin setelahnya? Ah, entahlah! Jimin percaya saja dengan Yoongi. Lagipula sedingin-dinginnya Yoongi. Pasti lelaki itu tidak akan sampai hati untuk memberi Yoojin banyak ucapan yang memberatkan. Jimin tahu jika Yoongi itu sangat menyayangi Yoojin lebih dari apapun.

Dari bandara menuju rumahnya membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit. Jika sudah begini, Jimin terbesit untuk membeli helikopter sendiri. Karena untuk landasan helikopter itu sudah ada di beberapa pusat perbelanjaan tebesar miliknya termasuk di atap gedung kantornya sendiri. Sayangnya, di Korea Selatan ini tak semudah itu untuk bisa memiliki sebuah kendaraan pribadi seperti sebuah helikopter. Kecuali jet pribadi, memang. Banyak sekali konglongmerat di negara ini yang punya jet pribadi dan ... termasuk Jimin salah satunya. Tapi itu bahkan jarang sekali ia gunakan sendiri karena ia lebih memilih untuk menyewakannya. Biasanya yang menyewa adalah kalangan artis papan atas dan beberapa orang kaya yang lainnya.

What I Said [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang