•14 : Belanja•

4.6K 328 1
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

-oOo-

"PUNYA MATA GA LO?" Seorang siswi dengan dandanan menor sedang membuat kegaduhan dikantin.

"Maaf Kak ga sengaja." Jawab adik kelas yang sudah terlihat ciut dengan muka yang pucat pasih.

"Halah tai, Makan noh ga sengaja." Balas siperempuan dengan menyiram menumannya ke baju sang adik kelas.

"Lain kali lu macem-macem sama gua, abis lu." Lanjutnya mengancam, menjambak rambut perempuan yang sudah basah karena minumannya.

"Napa lo pada liat-liat ... " Teman satunya bersuara.

"Ayo cabut girls." Sang macan betina keluar dari kantin dengan gaya arogannya bersama dua antek-antek, mengangkat kepala dan membusungkan dada.

"Monica berulah lagi." Dara yang milihat itu berujar.

"Kok ga di keluarin sih dia." Ucap Kattia menyahuti. Dhiva dan ketiga sehabatnya juga ikut menyaksikan kejadian barusan.

"Biasaaa, orang belakang."

Kejadian barusan berawal dari sang adik kelas yang dengan tidak sengaja menumpahkan minuman tepat di baju Monica.

Padahal itu juga akibat dari teman Monica sendiri, yang sengaja menyandung kaki adik kelas. Bukannya menyalahkan sipenyandung, ia malah mencecer si pembawa minuman. Monica, terkenal dengan julukan si preman betina di Epsilyon.

"Lu jangan berurusan sama dia ya Va." Clara memperingati Dhiva.

"Siapa juga yang mauuuu." Jawab Dhiva.

Tentu saja Dhiva juga tidak mau berurusan dengan perempuan setengah waras itu, namanya sudah terkenal se-Epsilyon. Tidak bisa dibayangkan kalau si anak emas adu jotos dengan si preman sekolah.

Dhiva tidak takut bila memang harus. ia pernah ikut taekwondo, walaupun tidak meneruskannya setidaknya beberapa jurus sudah ia kuasai. Jangan lupakan juga para sahabatnya, si tomboy Dara Damarin Sena juga pasti akan turun tangan bila Dhiva ditarik oleh Monica.

Tapi untuk saat ini, Dhiva tidak ingin sedikitpun berurusan dengan si preman, takut-takut kalau ia ribut yang berujung kandungannya juga akan berimbas.

"Udah yang keberapa di bulan ini?"

"Emm--" Clara sok menghitung dengan jarinya. "Empat."

"Kok bisa ya dia didiemin." Dhiva bertanya heran.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang