•38 : falling in love again•

5.2K 348 68
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat,dll Yang muncul sebuah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Ceceran dari Ammar, Erlang dapatkan begitu hilalnya nampak di keempat pasang mata yang kini tengah menyorot kearahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ceceran dari Ammar, Erlang dapatkan begitu hilalnya nampak di keempat pasang mata yang kini tengah menyorot kearahnya. Seakan-akan Ia telah melakukan sesuatu yang fatal, padahal, Ia hanya tidak sengaja menjadi bagian dari ke fatal-an itu.

Erlang bahkan belum duduk atau sekedar melepaskan jaketnya namun, sudah disambut dengan hal tersebut. Tidak adakah niatan sang pemilik tempat menawarinya minuman terlebih dulu, baru dilanjut ke sesi tanya jawab?

Meskipun kepalanya masih terasa terbakar akibat panas matahari luar, Erlang tidak mau ambil pusing dan memilih mewajarkan. Mengingat keempat orang ini juga adalah saksi bisu dari sebagian hidupnya.

"Sumpah dia mohon-mohon gitu, Lang, sambil nangis?" Seru pria yang tengah memeluk gitar di pangkuannya, Hendra.

Erlang tidak mau menjawab, dan lebih memilih duduk disebelah cowok itu.

"Sampe lu mau tanggung jawab sih kita berempat bakal nekat culik penghulu sama semua saksinya, Lang." Timpal Zaen, mampu membuat Erlang tersenyum geleng kepala.

"Gua sih gak habis thinking sama cewek itu." Ammar ikut mengeluarkan isi kepalanya.

"Hati lu gak selembek kemaren, kan, Lang? Lu gak akan ngelakuin hal bodoh buat kedua kalinya, kan, Lang?" Tanya Sammuel.

Alis Erlang berkerut.

Kedua kalinya?

"Ya gak lah! Gua masih waras."

Keempat temannya itu hanya menganggukkan kepala saja.

"Setelah apa yang lu lakuin sebelum-sebelumnya, gua rasa kita wajar buat ngomong itu."

Ya, Ia akui Ia memang mewajarkannya. Namun sepertinya keempat sahabatnya itu harus diingatkan kembali, dan harus mencatat besar-besar di kepala mereka, kalau Ia itu sudah menikah, dan Ia tidak gila.

"Saat itu gua cuma kasian doang liat Vika minta tolong, udah, gak ada niatan lebih." Ucap Erlang pada keempatnya.

"Yakin?" Tanya Hendra.

"Yakin, lah!"

"Oh yaudah kalo gitu."

Hah? Begitu saja?

"Gua dikasih tau itu sama Sesca. Mungkin dia juga gak mau lo ngambil keputusan gegabah." Ucap Sammuel sambil tangan kirinya mengapit sebatang rokok yang sudah menyala.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang