Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang
Happy Reading
-oOo-
Cowok jenjang dengan setelan serba hitam masih tetap menggandeng tangan istrinya agar tidak kabur dan berbalik arah ke kamar rawat inap Gantari. Walaupun Erlang yakin Dhiva tidak akan melakukan tindakan yang menurutnya konyol seperti itu.
Cewek yang dipegang tangannya hanya pasrah mengikuti sang penarik. Hati Dhiva saat ini bingung sebenarnya, jantungnya berdegup kala melihat tangannya digenggam erat oleh Erlang, tapi disisi lain ia juga sebal suaminya ini menariknya dengan sedikit paksaan.
"Kak Erlaaaangg...Dhiva bisa jalan sendiri."
"Ngga, saya lagi ga mau nambah kerjaan. Kalau saya lepas nanti kamu malah balik kekamar."
"Ngga kok emangnya Dhiva anak bocah apa. Lagian kenapa Kak Erlang ga beli sendiri aja sih."
"Kamu nyuruh saya?" Dengan posisi yang agak mendahului Dhiva, Erlang berhenti dan berbalik menatap gadis itu, yang ditatap tentu saja jadi ciut karna ia memang bukan bermaksud berkata demikian.
"Ngg...bukan gitu maksud Dhiva...yaudah ayoo." Dhiva berjalan mendahului Erlang dengan tempo kaki yang lebih cepat.
Ia punya dua alasan kenapa ia sebal pada cowok ini, pertama Erlang menarik Dhiva dengan sedikit paksaan padahal kan Dhiva bisa menurut kalau ia bicara dengan baik, kedua Dhiva masih sebal pada kejadian sebelumnya ditaman karna suaminya itu malah memberikan nomor ponselnya pada cewek-cewek yang mengikuti mereka, yang mana itu membuat mood Dhiva tidak baik sedari pagi.
Tapi sepertinya tidak ada guna Dhiva berjalan lebih cepat sebab kaki Erlang lebih jenjang darinya, otomatis langkah yang diambil juga akan lebih lebar. Cowok itu berhasil menggenggam tangannya lagi, namun kali ini ia menggenggamnya dengan lebih lembut dan menyuruh Dhiva berjalan biasa saja.
Perasaan sebal yang bersarang dihati Dhiva sebelumnya sekarang tergantikan dengan perasaan senang-senang malu yang membuatnya tersipu.
Dhiva sengaja mengikis jarak dengan Erlang agar dapat merasakan aroma parfum yang dipakai cowok itu, terasa sangat cowok sekali pikir Dhiva. padahal bulir keringat suaminya itu sudah mengalir saat jalan-jalan pagi tadi, entah mungkin karena peluh keringat yang keluar tidak banyak atau memang karena Erlang terbiasa menggunakan parfum yang mana membuat bebauan lain tertiban.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night Incident
Teen Fiction[SEBELUM BACA BISA KALI FOLLOW DULU] Bagaimana jadinya jika seorang mahasiswa terlibat suatu kejadian dengan seorang gadis SMA yang malah membuat mereka membangun rumah tangga? Dhiva harus menelan bulat-bulat kenyataan pahit yang ia alami. Cewek yan...