•30 : Teamwork•

3.3K 252 3
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bingung adalah reaksi pertama yang Dhiva berikan ketika mendapati sosok Laskar berada di depan sekolahnya, tepat dimana Erlang selalu menunggu kalau menjemputnya, entah kebetulan dia ada disana.

Ia tidak sepikun itu, matanya masih berfungsi dengan baik dan tidak mungkin otaknya salah memunculkan sebuah nama. Jelas cowok yang masih lengkap dengan seragam putih abunya itu adalah adik bungsu Liam.

Apa yang sedang dilakukan Laskar disini?

Meskipun tidak kenal nama, tapi Dhiva kenal muka. Dan Laskar bukanlah termasuk orang yang ia kenal suka berkeliaran disini. Batang hidung cowok itu tidak sekalipun ia pernah lihat di Epsilyon sebelumnya.

Apakah keberadaan Laskar disana untuk menjemputnya? menggantikan Erlang yang absen hari ini. Karena terbukti dengan ia yang melihat Laskar sedang bersandar pada pintu civic putih milik suaminya.

Dhiva menggeleng, menepis asumsi tak pastinya. Karena mana mungkin cowok cuek nan minim perasaan itu--kata si kembar--mau melakukan hal tersebut.

Dan mungkin saja Laskar mau menjemput salah seorang temannya yang berada di Epsilyon.

Cewek bercardigan abu-abu yang membiarkan rambutnya tergerai itu dengan alibinya mengeluarkan ponsel untuk memesan taxi-online. Pura-pura acuh pada sosok diseberang sana yang kini sedang menyorot tajam dirinya.

Dengan tempo biasa saja sesekali ia menengok kanan kiri seolah menunggu. Netranya melewati pria yang tengah berdiri lurus tepat didepannya, padahal ia sendiri belum membuka aplikasi tersebut.

Sedangkan diseberang, Laskar berdecak sebal melihat cewek yang ia tunggu sedari tadi malah tidak mengidahi keberadaannya.

"Dhiva." Ucapnya agak mengencangkan suara karena suara kendaraan yang lalu lalang membuat terdengar samar-samar.

Tak perlu sepersekian detik mata mereka bertemu, Dhiva menunjuk dirinya memastikan kalau benar yang dimaksud adalah dirinya. Langsung saja ia menyeberang ketika lawan bicaranya mengangguki.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang