Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll yang muncul adalah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan.Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang
Sorry updatenya agak telat. Karena butuh mood yang baik buat ngetik biar ada pencerahan.
Lebih panjang nih ceritanya dari Chapter sebelumnya. Pegel pegel dah mata kalian.
Happy reading
•
•
•Menghindari sosok Erlang adalah sesuatu yang Dhiva lakukan sedari adzan subuh berkumandang. Cewek yang sudah siap dengan seragam putih abunya ini tidak menyesali tindakan konyol yang ia lakukan semalam.
Merasa bodoh? Iya.
Setelah adegan drama ala-ala yang mereka lakukan semalam membuat Dhiva malu jika harus bertemu dengan Erlang. Jangankan bertegur sapa, untuk saling berpandangan mata saja otak Dhiva sudah kembali traveling kemana-mana.
Erlang pun sama tidak enaknya dengan Dhiva. Sebisa mungkin cowok itu mencari kesibukan yang bisa membuatnya menghindar dari sang istri. Yang bahkan sudah Erlang lakukan dari semalam. Terbukti dengan ia yang mengurungkan niatnya naik kekamar dan malah tidur di sofa.
Beruntung Dhiva masih mau menengok cowok itu yang sedang tidur meringkuk akibat kedinginan udara malam, dengan membawakan satu selimut yang dibiarkan terlipat rapih diatas perutnya. Jadi Erlang harus membentangkan selimut itu sendiri untuk menutupi seluruh bagian tubuhnya.
Adegan konyol kembali bertambah lagi tadi pagi ketika Dhiva yang ingin bersiap untuk mandi dikagetkan oleh Erlang yang tiba-tiba masuk kekamar tanpa mengetuk dulu dan malah terpaku menatapnya. Tidak, tidak, pakaian Dhiva masih lengkap walafiat. Ia juga tidak tau apa yang membuat suaminya menatapnya hingga seperti itu.
Adegan tersebut berlangsung selama 10 detik sebelum Dhiva yang memutuskan untuk ngacir kekamar mandi dan disusul Erlang yang keluar entah kemana.
Tapi tentu, hidup satu atap tidak akan bisa membuat mereka saling menghindar terlalu lama.
"Kak, Dhiva bawa aja ya buburnya buat disekolah." Ucap Dhiva dengan kepala tertunduk tetapi matanya menghadap ke arah Erlang.
"Gak usah, makan disini aja." Jawab Erlang fokus dengan bubur dihadapannya tanpa menatap Dhiva.
Yah beginilah kehidupan pasutri baru ini. Kalau tidak sarapan bubur ya nasi goreng, kalau tidak ada keduanya? Terpaksa makan di sekolah dan kampus masing-masing. Begitulah, Dhiva juga sedang mengusahakan kok. Beruntung tukang bubur langganan mau buka disuasana mendung pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night Incident
Teen Fiction[SEBELUM BACA BISA KALI FOLLOW DULU] Bagaimana jadinya jika seorang mahasiswa terlibat suatu kejadian dengan seorang gadis SMA yang malah membuat mereka membangun rumah tangga? Dhiva harus menelan bulat-bulat kenyataan pahit yang ia alami. Cewek yan...