•23 : Not Bad For First Time•

4.1K 298 13
                                    


Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll yang muncul adalah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan.

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Hay lagi. Kita berjumpa lagi, gimana hari-hari kalian? Udah mulai bosan dengan pasangan yang gitu-gitu aja?
Yaudah lah jalanin aja.

Warning ⚠️ yang gak warning warning banget, karena terdapat kata-kata dan beberapa adegan yang tidak boleh dilakukan dirumah, apa lagi kalo rame.

Dan gua juga sebenernya geli sendiri nulis chap ini, agak jijik juga malahan, jadi tolong dimaklumkan. KARENA DI CHAPTER berikutnya pasti lebih seru,

Soo stay baca ini.

Soo stay baca ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Dhiva mau kemana?" Ujar Caca yang melihat Dhiva beranjak. Dan dijawab oleh cewek itu kemana niatannya.

Ingin pergi saja ia rasanya dari meja itu, lantaran merasa malu dengan pertanyaan yang dilontarkan Sammuel 3 menit yang lalu. Untuk cewek seusianya pasti sudah sangat paham kearah mana pertanyaan itu.

Jangankan untuk anak SMA, dizaman sekarang murid putih birupun pasti akan paham dengan hal tersebut.

Apalagi dengan mendengar jawaban absurd Zaen yang semakin sangat memperjelas tanpa harus dikatakan sekalipun. Walau mungkin seperempat benar. Tapi tetap saja, Dhiva jelas sangat bertentangan dengan perkataan sahabat suaminya, meskipun ia tau itu bercanda.

Cewek dengan rambut yang dibiarkan tergerai dan dengan pakaian yang sama saat melakukan check up itu, membuka keran air berlawanan dengan jarum jam untuk mencuci tangan dan membasuh wajahnya.

Menatap cermin yang memantulkan dirinya sendiri. Melihat kedua matanya dalam-dalam, entah pertanyaan atau jawaban apa yang ia cari disana.

Seharusnya Dhiva paham, laki tetaplah laki, akan selalu seperti itu.

Bodo amatlah kalau kelima cowok itu mau membicarakan hal-hal seperti tadi, meskipun yang menjadi topik adalah rumah tangganya dan Erlang.

Tapi tidak kalau ada dia disana. Ia malu, sangat.

Ini bukan berarti juga Dhiva menyesal membiarkan Erlang menjadi suaminya. Malah ini lebih memantapkan lagi niatnya untuk bisa mendapatkan hati Erlang, dan juga bisa beradaptasi dengan lingkungan cowok itu.

Tadi, Dhiva hanya merasa seperti anak kecil yang baru berpacaran dan sedang di ceng-ceng'i disana, yaa ... Meskipun itu benar. Kerena memang pada dasarnya ia tidak pernah memiliki pacar satupun, menyedihkan.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang