•29 : Ke,Takutan•

3.9K 273 18
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kembali pada lantai putih yang sama namun dengan suasana yang berbeda. Ada lebih dari 5 kepala yang berada didepan pintu bertuliskan kamar bersalin, menunggu sepasang insan yang sedang bertaruh harapan dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Rapalan doa serta hembusan napas kasar dapat Dhiva dengar dari orang-orang disekitarnya. Sepertinya tidak hanya dia yang meminta agar Gantari dan calon bayinya dapat melewati salah satu rintangan untuk mendapat kebahagiaan abadi tersebut.

Rasa lelah dan penat menjalani aktivitas seharian akan sirna hanya dengan melihat senyuman dan tawa buah hati.

Sebagaimana layaknya perempuan, Gantari sedang menerima kodratnya yang seorang ibu, yaitu melahirkan.

Didalam sana Liam menemani istrinya. Lelaki yang setia disisi Gantari itu sudah mencutikan diri sejak seminggu kemarin.

Entah lapisan dindingnya yang tebal hingga kedap suara atau Gantari memang sekuat itu, yang mana kita tahu melahirkam pastilah tidak mungkin tidak sakit, apalagi jika prosesnya normal.

Beralih dari hal itu, Dhiva yang tengah duduk disebelah Erlang sesekali memeluk dan menenangkan lelaki itu. Belum pernah Dhiva lihat Erlang yang seperti ini. Duduk diamnya tidak menutupi akan kekhawatirannya pada kakak satu-satunya.

Erlang yang ia lihat saat ini bukan lah sosok Erlang yang biasa menunjukan sisi dingin, karismatik, dan kekokohannya.

Erlang-nya kini sedang takut. Terbukti dengan keringat dingin yang keluar diarea sisi-sisi rambut cowok itu. Bulirnya tidak sampai membanjir seperti habis berolah raga hingga butuh jarak yang dekat untuk tahu ia tidak baik seperti biasanya.

Sesekali Dhiva mengelap peluh yang keluar di dahi dan pelipis cowok itu. Sejak mereka tiba tak sekalipun Erlang mengucap sepatah kata, yang ada hanya menatap nanar double door tanpa senyum barang secuil, pikirannya hanya terus dipenuhi harapan keselamatan Gantari.

Dhiva tidak tahu apa yang harus ia lakukan dari sekedar menenangkan sosok disampingnya. Ia juga tidak mengucap sepatah kata sejak menduduki bangku panjang rumah sakit, karena Ia-pun sama takutnya mengingat ia juga sedang mengandung.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang