•34 : Terbongkar•

4.2K 305 19
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat,dll Yang muncul sebuah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

"Sembarang! kamu pikir sahabat mu ini lonte!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sembarang! kamu pikir sahabat mu ini lonte!"

Ting

Ting

Ting

Ting

Sebuah notif pesan dari grup angkatan secara bersamaan masuk ke ponsel mereka. Diikuti dengan deretan notif lainnya.

Bagai tersambar petir siang bolong, mata Dhiva membelalak seketika melihat apa isi pesan yang berentetan masuk ke ponselnya.

Ia geleng-geleng tak percaya. Gak, ini gak mungkin! pikir Dhiva.

"Siapa nih!" Ucap Clara berdiri dan dengan tak santai menggebrak meja. Sahabatnya yang lainpun tak kalah terkejut dengan Dhiva.

Perasaannya seperti mencelos saja melihat beberapa foto beserta komentar yang terus-menerus menghujani tangkap layar yang terdapat dirinya dengan Erlang disana.

Ia terus menggeleng tak percaya. Pelupuk matanya yang sudah membendung bisa runtuh kapan saja saat ini.

Kattia yang berada disebelahnya memegang pundak cewek itu. Tak perlu bagi Kattia mencermati lebih dalam, dengan hanya melihat saja ia tahu kalau Dhiva tidak baik-baik saja.

Dengan perasaan gemetar Dhiva langsung bangkit dan berjalan keluar kelas diikuti oleh Clara juga Kattia. Berbeda dengan Dara yang tanpa basa-basi keluar kelas setelah melihat isi chat grup dan langsung menuju kerumunan siswa yang berada didepan mading.

Dhiva seakan merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Ia yang sudah berdamai dengan keadaan, ia yang perlahan menerima kehidupan, dan ia yang sedikit demi sedikit membangun kebahagian. Seperti terjungkir balik hanya dalam sekejap.

Angin kehidupan yang melambai perlahan seakan berubah menjadi angin topan hanya dengan waktu semalam. Baru kemarin rasanya ia dan Erlang tertawa bersama tetapi, tanpa ia duga badai besar tengah mengikutinya.

Setiap lorong, setiap koridor. Cacian serta cemoohan tak luput masuk di indera pendengarannya, namun Dhiva lebih memilih menulikan pendengarannya dan mencoba pura-pura acuh dengan setiap perkataan yang mengarah padanya.

Kukira suci ternyata mucikari.

Tampangnya nutupin banget sih.

Lupa pake pengaman atau emang sengaja di jadiin?

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang