•39 : Berkunjung•

3.5K 249 15
                                    

Karya ini adalah fiksi,

Karakter, nama, adegan, tempat,dll Yang muncul sebuah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Peluh melekat di tubuh seorang Dhiva, namun, meskipun begitu, matahari yang mulai bersinar sempurna tak dapat menghapus kata cantik yang melekat pada wajahnya.

Kulit putih yang terpapar mentari berpadu dengan peluh itu benar-benar menghipnotis seorang Erlang. Kedua bola mata cowok itu benar-benar menatap lamat-lamat istrinya tanpa sang umpu ketahui.

Mata yang terpejam mengarah pada cahaya alami siang hari itu benar-benar membuat Erlang ingin mengabadikan Dhiva dalam jepretan lensa, walaupun sebenarnya itu hanya ada dalam benaknya. Entahlah ia hanya urung melakukannya.

Balkon kamar adalah area yang saat ini menjadi tempat Dhiva menikmati salah satu kegiatan barunya di pagi hari. Ya, menyerap vitamin D, A.K.A berjemur mentari pagi. Sekalipun peluh terlihat melekat pada sisi-sisi wajahnya, namun hal itu urung membuat Dhiva ingin beranjak dari posisi duduk bersantainya.

Bait-bait lirik lagu yang mengalun merdu mampu mengalihkan Dhiva dari rasa suntuk. Sembari mendengarkan sebuah lagu dari earphone yang terhubung pada ponsel, Dhiva mengusap halus nan lembut sang bayi, ehh ... lebih tepatnya perutnya, ehh ... lebih tepatnya lagi bayi yang masih berada dalam perutnya.

Dalam pejamnya Dhiva merapalkan segala doa kebaikan untuk calon buah hatinya ini. Seperti kebanyakan calon orang tua lainnya, Dhiva tidak masalah anaknya ini laki-laki atau perempuan, intinya yang sehat-sehat saja. Itu sudah lebih dari cukup. Karena entah kenapa bila dia ingat kembali, Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena pernah tidak menerima kehadiran sosok Nya.

"Va," Ucap Erlang setelah puas dengan pemandangannya, melangkahkan tungkai kakinya mendakati sosok Dhiva. Namun yang sepenggal namanya disebut tak kunjung menyaut.

"Dhiva," Panggil Erlang, lagi.

Entah karena suaranya yang terlalu halus, atau Dhiva yang masuk dunia mimpinya. Cewek itu tak menunjukan respon ketika Erlang memanggilnya untuk yang kedua kali.

Ketika sudah berdiri tepat didekat Dhiva, dengan lembut Erlang mengusap pucuk kepalanya kemudian berucap, "Dhiva." Baru lah Dhiva, ngeh.

Membuka mata dan melepas earphone yang terpasang di telinganya. Menatap manik di atas sana yang memberikan bayangannya guna memblokir sinar matahari yang merayap masuk ke matanya.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang