•35 : Pulang•

3.3K 264 11
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat,dll Yang muncul sebuah imajinasi. Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Dhiva masih belum percaya, kalau kedua orang tuanya mengajak Ia pulang bersama mereka, benar-benar ke rumah lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhiva masih belum percaya, kalau kedua orang tuanya mengajak Ia pulang bersama mereka, benar-benar ke rumah lamanya.

Bukan, bukan. Erlang tidak 'memulangkan' Dhiva pada orang tua cewek itu. Terbukti dengan Erlang yang kini terlelap di bahu istrinya di kursi penumpang. Mungkin jika sudah tersadar, Erlang akan merutuki kebodohannya karna bersikap tidak sopan.

Ia melihat kearah samping, tepat ke wajah Erlang. "Maaf ya, Kak. lagi sakit gini Aku malah bikin Kak Erlang repot." Batin Dhiva. Menyingkirkan anak rambut yang menghalangi mata tertutup itu.

Thoriq yang melihat interaksi sepasang pasutri dari pantulan kaca tengah itu hanya tersenyum.

"Udah Bun." Ucap Thoriq beralih pada sang istri seraya salah satu tangannya mengelus pundak Nabila.

Raut sebal masih tercetak jelas di wajah Nabila, membuat Dhiva tak berani membuka suara. Kalian tahu penyebabnya? Ya, lantaran Bundanya itu masih belum terima dengan sanksi yang diberikan pada Monica.

Wanita yang hampir menginjak kepala 5 itu menganggap skors yang diberikan sekolah pada Monica belum-lah sepadan. Dia ingin cewek itu juga ikut dikeluarkan karena perbuatannya.

Hal itu bisa saja, kalau keluarga Monica bukan salah satu donatur terbesar di Epsilyon. Mengingat riwayat keonaran yang Monica lakukan sudah cukup meresahkan.

"'Sampai waktu yang belum ditentukan', Hih. Paling lusa udah di bolehin masuk lagi." Ucap Nabila mengulangi perkataan kepala sekolah.

"Kan kita udah bahas ini."

"Bunda ngga terima, Kakak digituin." Atensi Dhiva beralih pada Bundanya karena merasa dibela.

"Iya, Ayah juga ngga terima, Kakak digituin." Ucap Thoriq dengan lembut.

"Kalau gitu kenapa tadi Ayah diem aja."

"Kan udah ada Bunda yang ngasih tampang serem. Kalau Ayah ikutan, bisa-bisa satu ruangan ketakutan." Jawab Thoriq membuat Dhiva tak bisa menahan kekehannya.

Namun sedetik kemudian Ia kembali terdiam karena secara bersamaan kedua orang didepan melirik kearahnya.

"Kak."

"Ya, Ayah." Jawab Dhiva tertunduk dengan suara pelan.

"Kamu mau ambil sekolah paket?"

Spontan Ia mengangkat kepala. "Ee-e Aku, terserah Ayah aja."

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang