•31 : U WANNA ICE CREAM?•

3K 251 17
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TAK

Mata-Nya dan mata Erlang berbinar ketika besi yang berbentuk seperti kail itu berhasil mendapatkan boneka singa kecil itu. Mungkin jika ada Hendra atau Zaen disini, Erlang yakin seratus persen kedua orang itu akan sujud syukur seakan ketimpahan uang 10 M.

Namun sayang rekahan disudut bibir mereka tak bertahan lama setelah diberikan harapan palsu. Pencapit itu menjatuhkan boneka tersebut ketika berada di atas, yang mana membuat lengosan kecewa keluar dari mulut Dhiva.

"Kamu liat kan barusan. Saya udah dapet. Mesinnya aja yang curang." Protes Erlang yang tanpa sadar misuh-misuh sendiri pada benda besar didepannya.

Lucu, itu yang terfikir dibenak Dhiva pada sosok pria di depannya. mengingat Erlang yang biasanya kalem kini dibuat kesal sendiri oleh benda yang bahkan tak melakukan apa-apa.

Seandainya ia punya cukup rasa keberanian, sudah sedari tadi ia ingin menarik pipi tirus itu untuk di uwel-uwel.

"Kak Erlang akuin aja, emang Kak Erlang itu gak bisa main."

"Gak, saya yakin yang salah mainan ini. Bukan tangan saya." Pede Erlang, masih dengan gayanya. Sedangkan Dhiva malah tersenyum gemas melihat itu.

"Pindah aja, main yang lain. Sayang kalau isi kartunya habis buat sesuatu yang belum pasti dapet."

"Tapi disitu tingkat keseruannya."

Muka Dhiva mendadak datar. "Tapi ini yang terakhir, ya!"

"Iya,"

"Kalau gak dapet, Kak Erlang beliin aku 3 boneka yang ada disana!" tunjuk Dhiva pada salah satu toko.

"Iya,"

"Bener ya!" ujar Dhiva antusias, merasa yakin tak lama lagi boneka yang jauh lebih besar dan lembut itu akan berada dalam pelukannya. Tak cuma satu tapi tiga sekaligus.

"Kalau perlu tokonya sekalian." Ya, dia tidak kaget.

"Ayo Lang, jangan sampai dibikin malu sama ginian doang Lang." Ucap Erlang, sudah tentu dalam hati.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang