•16 : stick PS•

4.7K 328 1
                                    

Karya ini adalah fiksi,
Karakter, nama, adegan, tempat dll
Yang muncul sebuah imajinasi.
Adanya kesamaan itu merupakan sebuah kebetulan!!

Maaf kalau typo bertebaran dan terdapat beberapa kata atau kalimat yang membuat kalian harus membaca ulang

Happy Reading



-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-oOo-


"Maafin saya atas yang tadi." Mengelus surai lembut Dhiva yang sedang terlelap. Duduk disamping kasur memandang wajah damai dan lelah istrinya.

Akibat kelakuannya sendiri, Erlang membuat mata gadis yang biasanya selalu ceria itu menangis dan sepertinya juga takut.

Menatap teduh wajah Dhiva, lalu mengecup kening gadis itu beberapa saat. Erlang Beranjak dari kamar menemui keempat sahabatnya dibawah.

Dhiva menangis cukup lama didekapan Erlang, sampai-sampai gadis itu tertidur tanpa sadar. Erlang menyenderkan kepala Dhiva pada kursi mobil, berjalan keluar membuka pintu rumah, lalu balik untuk menggendong Dhiva kekamar.

"Aww.. pelan dong, ikhlas ga sih lu." Ujar Zaen pada Sammuel yang sedang mengobati luka di bibirnya.

Bibir cowok itu tak sengaja terkena tendangan dari Vika saat sedang digendong Hendra. Zaen berjalan tepat dibelakang, yang mengakibatkan Vika tidak sengaja melukainya.

"Gausah ngeluh ah, cengeng." Kata Sammuel, mengambil kapas baru dari kotak P3K yang di pegang Ammar. Ammar langsung bergerak dari rumah pacarnya, setelah mendapat kabar 'Erlang ketemu siluman'.

"Gua ga mau bantu lagi ya Lang, kalo jadi begini!"

Erlang yang baru bergabung hanya menjawabnya dengan deheman. Merilekskan tubuhnya pada sofa seraya membolak-balikan wajah Zaen.
"Idih, Gini doang. Tapi makasih ya mas bro."

Harus Erlang akui, walaupun keempat sahabatnya ini sering merepotkan dirinya. Tapi mereka juga lah yang dengan sigap membantunya kalau ada masalah, semacam tadi misalnya.

"OYYY, laper mas?." Ammar menepuk paha berisi Hendra, yang mana membuat cowok itu menatap temannya tajam. Bukan permasalahan pahanya yang ditepak secara sengaja, melainkan karna pop mie yang dipegangnya hampir saja tumpah dibaju.

"Atlet doang, mie instan masuk terus."

Hendra dengan santainya membuka plastik belanjaan Erlang kala matanya melihat plastik dimeja, memang sedikit kurang sopan. Mungkin karena Hendra yang sudah biasa seperti itu setiap Erlang membawa makanan. Pertemanan mereka sudah terbentuk dari duduk dibangku SMA, jadi ya gitu.

The Night IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang