31. Tunangan?

2K 181 6
                                    

Kalo ada typo tandain ya:)

Jangan lupa vote dan komen😉

-Happy Reading-

Tak ada lagi suara tangis yang terdengar, bahkan pukulan itu tak lagi Saski rasakan. Ia menatap ke arah wajah Sasya yang kini sudah memejamkan matanya sempurna. Melihat itu, Awan dan Biru panik bukan main. Sama halnya dengan Saski yang langsung menguncang tubuh itu kuat.

Wajah Sasya terlihat begitu pucat, belum lagi darah yang mengalir dari hidungnya, membuat mereka yang ada di sana panik.

"Saya akan bawa Sasya ke rumah sakit," ujar Saski seraya mengangkat tubuh Sasya. Namun, Awan langsung menghalanginya.

"Abang siapa? Gimana kalo Sasya tambah takut?"

Saski tak menghiraukan pertanyaan dari Awan, ia tetap mengangkat tubuh itu dan membawanya ke luar dari kost kecil itu. Awan dan Biru bergegas menghampiri, mereka tak bisa membiarkan Sasya bersama dengan orang lain yang bisa saja berniat menyakiti perempuan itu lagi.

"Saya bukan orang jahat," ujar Saski seolah tahu dengan apa yang ada dipikiran Awan dan Biru.

"Orang jahat gak pernah mengaku dirinya jahat, jadi biarkan kami ikut sama abang. Biar kami bisa tenang dan nemanin Kak Sasya juga," jawab Biru dan diangguki oleh Awan. Membenarkan ucapan adiknya.

Saski menghela napas dan membiarkan Awan dan Biru ikut bersama dengannya. Mobil itu melaju dengan cepat, Saski sangat khawatir sekarang. Beruntung jalanan yang mereka lewati sedikit lengang.

Biru dan Awan masih saja bingung, siapa sebenarnya Saski? Pertanyaan itu seketika melintas dipikiran Awan. Sedangkan Biru yang duduk di samping Saski hanya diam saja.

Awan tak hentinya mengusap rambut Sasya, menatap ke arah wajah cantik yang kini terlelap tanpa henti. Saski yang melihat itu, hanya diam. Lagipula Awan terlihat seperti anak yang baik, tidak mungkin ia akan menyakiti Sasya nya.

Ponsel milik Saski berbunyi, menandakan ada telepon yang masuk. Langsung saja ia mengangkat panggilan itu setelah melihat bahwa Alvin lah yang menghubunginya.

"Kenapa?"

"Lo udah balik atau belum sih, gue masih belum ketemu sama Sasya. Pusing gue, ke mana perginya tu anak dah."

Saski tersenyum tipis, mendengar nada frustrasi dari sahabatnya. Ia tak berniat memberi tahu Alvin bahwa saat ini ia bersama dengan Sasya. Namun, sepertinya itu bukan hal yang baik. Saski menghela napasnya dan tetap berusaha fokus pada mobilnya.

Ia langsung memberi tahu Alvin bahwa Sasya ada bersama dengannya dan sekarang mereka menuju rumah sakit.

Mendengar penjelasan Saski, Alvin yang berada di seberang sana langsung bergegas mematikan telepon itu. Saski tak peduli dengan sambungan yang sudah terputus itu, ia bergegas memarkirkan mobilnya karena mereka sudah memasuki kawasan rumah sakit.

"Biar saya yang mengangkatnya," ujar Saski seraya turun dari mobilnya dan berjalan ke arah pintu belakang. Ia mengangkat tubuh Sasya yang terasa begitu ringan.

Awan hanya diam, ia dan Biru mengikuti langkah lebar dari Saski.

***

Ini sudah larut malam, tetapi Awan dan Biru tak kunjung juga pulang. Mereka sangat khawatir pada Sasya dan masih belum percaya dengan Saski sepenuhnya. Padahal Saski sudah menyuruh mereka untuk pulang, tetapi keduanya langsung menolak.

Alvin, sahabat dari Saski juga ada di sana. Laki-laki itu kini terlihat lebih sehat, bahkan beberapa makanan yang ia beli saat hendak ke sini dimakan oleh dirinya sendiri. Seharusnya makanan itu untuk Saski, Awan dan Biru.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang