7. Keluarga?

2.2K 215 38
                                        

Kalo ada typo tandain ya:)

Jangan lupa vote dan komen😉

-Happy Reading-

Hanya satu yang kurang dan mungkin telah hilang, kehangatan dari sebuah keluarga.

Sasya sudah tidak lagi digendong oleh Awan. Karena ia tahu, bahwa Awan kelelahan. "Masih jauh ya?" tanya Sasya seraya mengusap peluhnya.

Awan menggeleng, lalu tangannya menunjuk sebuah rumah pohon tak jauh dari mereka berdiri. Sasya langsung menampilkan wajah cerianya, "Wah bagus banget! Naiknya gimana, Wan?"

"Nih, ada tangganya. Kamu duluan atau aku?" tawar Awan, setelah keduanya berada di depan rumah pohon itu.

"Bareng aja gimana?" usulnya yang diangguki oleh Awan.

Sasya duluan naik, lalu disusul dengan Awan. Saat sudah sampai di atas. Mereka langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah.

Ternyata dari atas sini, Sasya juga dapat melihat danau yang ia datangi bersama dengan Langit tadi. Ah, berbicara tentang Langit. Membuat Sasya, kembali merasa bersalah. Ia kembali melamun.

Awan yang tak sengaja melihat Sasya melamun, langsung melambaikan tangannya di depan wajah perempuan itu. "Kamu, ngelamunin apa?"

"Ah! Gak ada kok," jawabnya setelah sadar.

Angin yang berhembus, menambah kesan sejuk. Membuat helaian rambut panjang Sasya yang terkena angin mengenai wajah Awan.

Dibalik kacamatanya, Awan memejamkan mata. Menikmati aroma harum rambut Sasya. Lalu ia membuka matanya, ternyata Sasya juga ikut memejamkan mata.

Tangan Awan terulur, lalu menyentuh wajah Sasya yang langsung membuka kedua matanya. Dengan cepat Awan langsung menjauhkan tangannya, "Maaf." Awan merasa tak enak, karena sudah lancang.

"Gak papa kok. Terpesona ya sama kecantikan gue?" tanya Sasya seraya terkekeh geli.

"Iya, kamu ... cantik," cicitnya, membuat Sasya sontak menatapnya malu.

"Awan, jangan gombal ah!"

"Ha?" Awan mengernyitkan dahinya bingung. Tak mengerti dengan ucapan Sasya.

"Gak ada," jawab Sasya menampilkan senyumnya. Lalu mereka berdua duduk. Kembali menikmati sejuknya alam.

Tak terasa, mereka menghabiskan waktu cukup lama. Sasya bergegas turun, begitu pula dengan Awan.

"Naik angkutan umum aja, lebih cepat."

Sasya yang baru saja turun langsung menyetujui ucapan Awan. Mereka kembali berjalan seraya menunggu angkot lewat.

"Awan, tuh ada angkot!" tunjuk Sasya. "Yuk buruan," ajaknya.

Saat memasuki angkot tersebut, mereka harus duduk berdesakan dengan penumpang yang lainnya.

"Kamu, gak pernah naik angkot ya?" Sasya menggeleng, menjawab pertanyaan dari Awan.

Sedangkan Awan menatapnya tak percaya, ternyata masih ada  orang yang belum pernah naik angkot seperti ini.

Sasya sibuk mengibaskan tangannya, karena gerah harus berdesakan dengan penumpang yang lainnya.

Akhirnya angkot itu pun berhenti, setelah membayar ongkos. Sasya langsung mendudukkan tubuhnya di pinggir jalan. "Gila, naik angkot gitu banget ya."

"Iya, rumah kamu di mana? Mau aku anterin gak?"

"Enggak, rumah gue udah dekat kok. Lo mau langsung pulang ya?" tanya Sasya seraya bangkit dari duduknya.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang