47. Abu-abu

2.1K 153 6
                                    

Kalo ada typo tandain aja ya:)

Ayo vote dan komen dulu sebelum baca, jangan lupa tekan bintangnya guys.

Aku hanya butuh jawaban, bukan kata penenang yang sama sekali tujuannya tidak tahu atas apa?

Happy Reading.

"Bang Alvin?" heran Biru saat membuka pintu. Ia kira yang datang adalah abangnya, ternyata bukan.

Raut wajah Alvin terlihat berbeda, membuat Biru yang awalnya tersenyum mulai merasa gelisah.

Abang kok belum balik, ya? Batin Biru menatap ke arah luar yang sekarang tengah hujan.

"Masuk, bang."

Alvin tak juga melangkah masuk, ia masih berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang sama sekali tidak bisa Biru baca.

Baru saja hendak melangkah menjauh, tangan Biru langsung dicekal oleh Alvin. Lalu mereka keluar dari tempat kos itu. Biru bingung, untung saja ia sempat menutup pintunya.

Hujan yang lebat membuat Biru sedikit kewalahan saat menyamai langkah lebar dari Alvin. Keduanya menerobos hujan hanya untuk menuju ke mobil.

"Kita mau ke mana, Bang?" tanya Biru ketika sudah masuk ke dalam mobil. Ia duduk di sebelah Alvin yang kini terlihat tengah menghidupkan mobilnya. Tak lama mobil itu akhirnya melaju.

Bahkan Alvin tidak menjawab pertanyaan dari Biru yang berusaha sabar menghadapi sikap Alvin yang berbeda saat ini.

Mungkin Alvin tengah memikirkan sesuatu atau ada masalah?

Ya, hanya itu yang ada dipikiran Biru. Ia masih saja tak sadar ada raut sedih di wajah Alvin. Sepanjang perjalanan yang tujuannya sama sekali tidak diketahui oleh Biru, laki-laki itu hanya diam membisu. Seolah mulutnya tengah terkunci rapat.

"Bang Alvin, baik-baik aja 'kan?" celetuknya sambil mengeratkan pelukan ditubuhnya sendiri karena cuaca yang sangat dingin.

Alvin terperangah, untuk sesaat ia terdiam. Pandangannya lurus ke depan, bagaimana ia akan mengatakan hal ini. Alvin tidak siap jika Biru akan sedih nantinya. Karena bagi Alvin, Biru sudah ia anggap sebagai adik kandungnya, begitupula dengan Awan.

"B-baik," jawab Alvin. Laki-laki itu menahan napasnya karena rasa sesak yang tiba-tiba saja datang dengan sendirinya.

"Abang, kenapa sih? Ada yang disembunyiin dari Biru, ya?"

Diam, hanya itu yang menjadi jawaban dari pertanyaan Biru. Bibir laki-laki itu kelu, niat ingin menyampaikan sebuah kebenaran, ia urungkan ketika mendengar perkataan Biru yang lagi-lagi membuat ia merasa ... ah entahlah. Alvin tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.

"Harusnya Abang datang pas Bang Awan balik, biar kita jalan-jalannya bertiga." Biru terlihat jengkel karena Alvin sama sekali tak merespon ucapannya. Tak peduli dengan Alvin dan ke mana laki-laki itu akan membawa ia. Biru akhirnya bercerita tentang kebersamaannya dengan sang abang dan Alvin hanya sebagai pendengar.

"... pokoknya hari itu, kami jalan-jalan deh. Seru tau, Bang Alvin gak ikutan sih," kekeh Biru setelah selesai bercerita.

"Hujan gini, Bang Awan pasti kedinginan. Gak bisa putar balik ya, Bang?"

Gelengan dari Alvin dibalas Biru dengan wajah kesalnya. Lagipula ke mana Alvin akan mengajak ia pergi? Bahkan rasanya Biru sudah bosan dengan suasana jalanan yang sepi, ditambah di dalam mobil itu hanya ia yang sedari tadi berbicara.

Jika biasanya Alvin selalu bercanda, sekarang laki-laki itu hanya diam dengan pandangan yang fokus pada jalanan.

"Abang, gak kedinginan?"

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang