Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉
-Happy Reading-
Sasya begitu menikmati makanan yang dimasak oleh Awan dan Biru, ia tidak pernah kecewa jika mencicipi kedua masakan laki-laki ini. Rasanya selalu saja enak dan pastinya membuat Sasya ingin menambah terus.
"Kak, enak mana? Masakan aku atau Bang Awan?" tanya Biru antusias, laki-laki itu terlihat sudah selesai makan dan sekarang hanya duduk diam di sana menemani Awan dan Sasya yang masih menikmati makanan mereka.
"Enak keduanya," jawab Sasya jujur.
"Ih, Kak Sasya bohong ya. Tadi kan masakan Bang Awan asin!" kesalnya.
"Enggak kok, rasanya enak sama kayak biasanya."
Awan tersenyum menang, lalu beralih menatap remeh sang adik.
"Apa liat-liat," ketus Biru pada Awan.
Awan dan Sasya terkekeh, melihat kelakuan Biru. Keduanya baru saja selesai makan dan sekarang Sasya bersiap ingin mencuci piring-piring kotor itu. Awan ikut membantunya sedangkan Biru malah bersantai sembari memakan jajanan milik Sasya yang masih ada beberapa bungkus lagi.
"Cuci yang bersih ya," ujar Biru santai.
"Siap, tuan Albiru!" Sasya dan Awan bergaya hormat pada Biru.
"Cepetan sana!" Perintahnya yang langsung dituruti oleh Sasya dan Awan.
Biru terkekeh. "Persiapan buat jadi orang kaya, haha ...."
Tawanya memenuhi kost'an itu. Awan menggelengkan kepalanya, mendengar ucapan sang adik yang kelewat halu. Namun, tak urung dalam hatinya juga berucap Aamiin. Siapa yang tahu 'kan, lewat dari perkataan bisa menjadi kenyataan di masa yang akan datang nanti?
"Kamu nggak usah nyuci piringnya, liatin aku aja ya, Sya." Awan mengambil spons yang hendak Sasya gunakan untuk mencuci piring lalu beralih mengantikan pekerjaan perempuan itu.
Sasya tak mau juga menjauh dari sana, bahkan Awan sudah melarangnya berkali-kali. Namun, tetap saja Sasya ingin membantu. Jadilah ia hanya mencuci piring yang sudah Awan bersihkan dengan sabun, lalu meletakkannya ke tempat bersih. Begitu seterusnya, sampai piring-piring dan perlatan masak lainnya kembali bersih.
Sekitar dua puluh menitan semuanya sudah selesai, Awan dan Sasya ikut duduk di dekat Biru yang kini sudah berkutat dengan buku-buku pelajaran. Ia terlihat begitu fokus dan tak menyadari bahwa ada yang duduk di sampingnya.
"Ngerjain apa?" tanya Awan tiba-tiba membuat Biru kaget.
"Heh, abang ngagetin aja! Untung gak jantungan," kesalnya seraya meletakkan buku tugas yang sudah selesai ia kerjakan.
"Awan emang suka ngagetin," tambah Sasya membenarkan ucapan Biru.
"Iya tau aku emang suka ngangenin," ucap Awan santai. Biru dan Sasya kompak bergaya seperti muntah, ternyata dibalik penampilan culun dan lugu nya, juga terselip sikap kocak dan percaya diri yang terpendam.
Iya 'kan terpendam? Soalnya kalo di depan orang lain Awan tidak akan seperti ini, malah terkesan pendiam dan lemah. Orang-orang seperti Awan memang biasanya hanya menunjukkan sifat aslinya pada mereka yang ia anggap sudah sangat dekat. Bahkan semua orang juga seperti ini, iya gak?
"Awan, coba kacamata nya dilepas." Sasya tiba-tiba memiliki sebuah ide ingin mengubah penampilan Awan. Ya, semoga saja Awan mau.
"Nanti gak jelas liatnya, Sya." Meskipun berucap demikian, Awan tetap melepaskan kacamatanya. Sasya menatap kagum wajah Awan, ini memang bukan pertama kali ia melihat Awan tanpa kacamata tetapi entah kenapa rasa kagumnya selalu saja ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...
![Sasya's Diary [SELESAI]](https://img.wattpad.com/cover/245475491-64-k514732.jpg)