Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉
-Happy Reading-
Tawa sedari tadi terus saja terdengar, membuat pengunjung cafe lainnya menatap ke arah tiga anak remaja SMA yang sepertinya tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan saat mereka menjadi pusat perhatian pun, mereka tak tahu.
"Dek, jangan ribut ya." Mereka langsung terdiam, lalu kompak menatap ke arah sekitar. Mengucap maaf atas ulah mereka yang membuat pengunjung lain tak tenang.
"Lo sih, ngelawak salah tempat." Perempuan dengan rambut sebahu itu menatap sang sahabat dengan wajah jengkel. Karena ulahnya, mereka dibuat malu. Misca Andini, atau yang lebih sering disapa dengan sebutan Dini.
Sedangkan yang dituduh menjadi penyebab mereka malu, hanya menatap ke arah Dini dengan senyum jahilnya. "Bilang aja, lo mau kayak gue juga 'kan," kekehnya. Bunga Lesta, perempuan dengan mata sipit yang apabila ia tertawa maka matanya akan tak terlihat.
Teman-temannya kadang heran, mempertanyakan kenapa Bunga matanya sipit sedangkan anggota keluarganya yang lain tidak. Selain itu juga, di keluarga Bunga. Sama sekali tak ada darah Cina-nya. Hanya Bunga yang seperti orang Cina.
Karena itu ia sering diejek, bukan anak kandung dari orang tuanya. Tapi namanya juga Bunga, ia mana peduli dengan omongan orang yang dianggap tak penting.
Jika ada yang mengejeknya, ia tinggal memberikan sebuah fotocopy Kartu Keluarga (KK) yang memang selalu dibawanya. Katanya sih, jaga-jaga kalau sampai ada yang mengejeknya dan mengatakan bukan berasal dari keluarga Lesta. Ia tinggal menunjukkan itu.
Dini tak menghiraukan ucapan Bunga, sekarang ia malah sibuk dengan ponsel di tangannya. Bunga yang merasa diabaikan, langsung menatap malas Dini.
Lalu kekehan dari seorang Sasya Aurelia Rain, gadis dengan rambut panjang dan senyum ceria yang membuat siapa saja pasti akan ikut tersenyum juga.
Mereka kompak menoleh, menatap Sasya dengan bingung."Kenapa?" tanya Dini. Sasya hanya menggeleng, lalu merangkul Bunga yang memang berada di dekatnya. "Kalian, kalo lagi marahan lucu ya."
"Siapa juga yang marahan, dasar hujan!" Perempuan yang disebut hujan itu, langsung cemberut. Menatap kedua temannya yang kompak menyebut dirinya hujan. Selalu saja seperti itu, padahal Sasya berulang kali mengatakan bahwa namanya bukan hujan.
"Tau ah!" Kali ini Sasya juga ikut kesal. Namun, kedua sahabatnya malah menertawakannya.
"Ululu, hujan jangan ngambek ya."
"Tau, kita bercanda doang kok."
Sasya tak mendengarkannya, ia malah bangkit dari duduknya. Menyandang tasnya, dan melangkah keluar dari cafe. Dini langsung ikut menyusul, tinggallah Bunga yang masih terdiam. Mencerna apa yang terjadi, gue yang bayar semua ini? Batinnya. Dengan pasrah ia menuju ke kasir lalu membayar semua makanan dan minuman kedua sahabatnya.
Setelah selesai membayar, Bunga menyusul kedua sahabatnya. Ia sibuk mengedarkan pandangannya saat sudah keluar dari cafe. Mencari keberadaan Sasya dan Dini yang sama sekali tak terlihat.
Dengan malas, ia melangkah menuju pinggir jalan. Menunggu taksi lewat. Lalu melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah taksi, baru saja hendak masuk. Sasya dan Dini tiba-tiba muncul. Masuk kedalam taksi duluan. Bunga hanya menatap keduanya bingung, dari mana mereka muncul. Sedangkan tadi saat ia sibuk mencarinya tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...